Featured Post Today
print this page
Latest Post

Revisi Draft MUSWIL XII ISMAPETI Wilayah III


Semarang, 09 Desember 2012 bertempat di rumah Koordinator Majelis Pekerja ISMAPETI Wilayah III Badan Perumus Musyawarah Wilayah XII ISMAPETI telah melaksanakan rapat koordinasi guna menyusun draft pembahasan MUSWIL XII. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Pengurus Besar Zia Zamititah Pawana, seluruh Majelis Pekerja, empat dari lima Badan Perumus, dan perwakilan dari panitia MUSWIL XII. Materi pembahasan meliputi draft agenda acara, draft tata tertib sidang, dan draft mekanisme pemilihan badan kelengkapan ISMAPETI Wilayah III.

Untuk mempermudah berlangsungnya MUSWIL yang waktu pelaksanaannya masih menunggu konfirmasi dari panitia, maka kami selaku Majelis Pekerja menyediakan file draft hasil pembahasan BP 2012.

0 komentar

Hymne ISMAPETI


Lirk Hymne ISMAPETI
G = Do 4/4
By: JIMI HARYANTO, Mahasiswa Universitas Bengkulu
Diciptakan pada bulan Mei 2000
Kami insan peternakan Indonesia
Bersama dalam menggapai cita-cita mulia
Ikrar setia, dari kami anak bangsa
Bersatu dalam membangun nusantara jaya
Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia
Beraneka warna dalam satu wadah
Dan setia
Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia
Bina putra bangsa bangun nusantara yang sentosa
Reff :
Kau kebanggaan jadi panduan tuk masa depan
Do’a kami I S M A P E T I
Jayalah selamanya


Download gratis Hymne Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indoensia

Download Klik Di Sini
0 komentar

SALURAN TATANIAGA TERNAK AYAM




     Dalam kerangka agribisnis sebagai suatu pendekatan pengelolaan usaha yang secara menyeluruh, maka penanganan peternakan sebagai rangkaian kegiatan beberapa sub sistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Sub-sub sistem tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kegiatan peternakan             (on-farm activities) dan kegiatan luar peternakan (of-farm activities) yang mencakup: 1) pengadaaan sarana produksi 2) industri pengolahan hasil 3) tataniaga 4) jasa-jasa penunjang (Priyadi, 2004).

     Usaha peternakan ayam broiler (ras) ditinjau dari aspek finansial merupakan salah satu usaha di bidang agribisnis yang memberikan keuntungan. Dalam menjalankan usaha ayam broiler terdapat dua jenis pengelolaan, yakni dikelola secara mandiri (peternak mandiri) dan dikelola dalam bentuk plasma-inti (peternak plasma inti). Para pedagang dalam menjalankan usahanya benar-benar dikelola sebagai usaha memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lain halnya dengan para peternak yang dalam menjalankan usahanya relatif kurang memberikan keuntungan, sehingga sebagian kecil para peternak dalam melakukan usahanya sebagai usaha sampingan.
      Tataniaga yang efisien adalah sampainya produk ke konsumen akhir menurut tempat, waktu, dan bentuk yang diinginkan konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya serta adanya pembagian yang adil dari harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan produksi dan tataniaga  tersebut.
      Efisiensi tataniaga merupakan salah satu komponenen penting dalam menciptakan sistem tataniaga yang dapat memberikan keuntungan kepada berbagai pihak yang terkait dalam tataniaga ayam, seperti: peternak, pedagang dan konsumen. Melalui pelaksanaan tataniaga yang efisien pada akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan tingkat harga.
     Faktor-faktor yang mendukung terciptanya tataniaga yang efisien mencakup: struktur pasar, lembaga tataniaga yang terlibat, dan transmisi harga. Pengukuran efisiensi tataniaga pertanian secara umum dapat dibedakan secara kualitatif dan secara kuantatif. Ukuran secara kualitatif sebagai upaya mengungkapkan keterkaitan tataniaga terhadap kesejahteraan masyarakat yang menggunakan pendekatan teknik S-C-P, yaitu; market strcture, market conduct dan market performance (Sukartawi, 1993). Adapun pengukuran secara kuantatif digunakan beberapa konsep antara lain: 1) Elastisistas Transmisi Harga dan 2) Marjin Tataniaga.
      Efisiensi tataniaga akan tercipta apabila berada dalam mekanisme pasar yang bersaing sempurna dengan besarnya marjin tataniaga konstan. Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga adalah bagian yang diterima oleh peternak (farmer share). Berkaitan marjin tataniaga dan efisiensi, Raju dan Oppen (1980-1982) disitasi dalam Priyadi (2004) menyatakan terdapat dua ukuran efisiensi tataniaga, yaitu: 1) efisiensi operasional, dan 2) efisiensi harga. Ukuran efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya tataniaga dan marjin tataniaga. Efisiensi harga dicerminkan oleh korelasi harga sebagai akibat pergerakan produk dari pasar satu ke pasar yang lain. Marjin tataniaga lebih sering digunakan untuk analisis efisiensi tataniaga, karena dapat menggambarkan penyebaran marjin tataniaga, dan efisiensi operasional (Sukartawi, 1993).

A. Tataniaga Ayam Broiler

      Tataniaga yang terjadi pada suatu komoditas tidak terlepas dari pengaruh struktur pasar yang terjadi. Di samping itu, pada perdagangan ayam broiler (ras) saluran tataniaga dipengaruhi juga adanya produk yang dihasilkan secara periodik dan produsen relatif tersebar. Sebagai konsekuensinya harga daging ayam sangat dipengaruhi fluktuasi pasokan. Secara umum usaha para peternak mandiri ayam broiler, hasil produksinya dijual kepada para pedagang pengumpul yang terdapat di desa-desa kemudian ke pedagang besar atau ke pedagang-pedagang pengecer yang berada dalam 1 wilayah maupun di luar wilayah kabupaten.

Para pedagang besar dalam upaya memperoleh komoditas dagangannya memperoleh pasokan dari para peternak dan pedagang pengumpul yang langsung datang. Berdasarkan gambar terdapat 5 saluran dalam sistem pemasaran ayam ras pedaging (broiler) yaitu:

1. Saluran I : Peternak – P. Pengumpul – P.Eceran – Konsumen
2. Saluran II : Peternak – P. Pengumpul –Konsumen
3. Saluran III: Peternak – P. Pengumpul – P.Besar – P. Eceran – Konsumen
4. Saluran IV: Peternak – P. Besar – P. Eceran– Konsumen
5. Saluran V : Peternak – P. Eceran – Konsumen
Peternak plasma menggunakan saluran I, II, dan III karena peternak plasma menjual produksi ayam broiler semuanya dijual kepada pedagang pengumpul yang ditunjuk perusahaan inti. Sedang peternak mandiri memasarkan produksi melalui kelima saluran pemasaran.

B. Tataniaga Ayam Petelur

      Tataniaga Ayam Kampung petelur
1. Produsen/peternak
2. Pengumpul/pemasok
3. Supermarket Pengecer
4. Konsumen/exportir
Bagi peternak ayam kampung petelur yang bermodal besar dengan produk yang kontinu, akan dapat memotong jalur pemasaran, yaitu dengan cara menjual langsung ke toko-toko besar atau langsung diekspor. Namun, bagi peternak kecil mungkin hal ini masih sulit dilakukan mengingat produk yang dihasilkan tidak bisa kontinu dan jumlahnya belum mencukupi. Pemasaran lebih cenderung menggunakan jalur lain, misalnya melalui pemasok, pengecer, atau langsung ke konsumen.
   Sedikitnya ada lima kemungkinan yang dapat dilakukan oleh petenak, yaitu pemasok, pengecer, supermarket, eksportir, atau langsung ke konsumen. Dari kelima kemungkinan tersebut yang paling banyak dilakukan oleh peternak adalah melalui pemasok, pengecer, atau langsung dijual ke konsumen.
   Pemasok terdiri dari pedagang perantara, mulai dari yang kecil, menengah, sampai yang besar. Setiap daerah selalu ada pemasokyang dapat menampung produksi telur ayam kampung. Pedagang pengecer pun bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari para pedagang sayur-sayuran keliling, pedagang pengecer di pasar, sampai toko-toko kelontong dan barang keperluan sehari-hari. Konsumen langsung adalah ibu rumah tangga, penjual jamu, atau rumah makan. Penjualan ke toko serba ada dan eksportir biasanya hanya dialkukan oleh peternak yang cukup besar karena memerlukan kualitas dan kontinuitas produksi yang baik. Dalam kasus-kasus tertentu, seringkali para pemasok mendatangi langsung para peternak nuntuk mendapatkan telur ayam kampung (Sujionohadi, 2007).

Download file lengkap Di sini


21 komentar

Harga Daging naik, Pemerintah Ambil Tindakan




Jakarta - Pemerintah akan menambah pasokan 22 ribu ekor sapi untuk mengisi kekurangan pasokan daging. Menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dengan tambahan pasokan ini, maka masalah kelangkaan dan melonjaknya harga daging akan segera diselesaikan.

"Kemarin sudah diputuskan tambahan pasokan 17 ribu dari feedloter dan lima ribu dari peternakan rakyat,” katanya dalam konferensi persnya di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu, 21 November 2012.

Pemerintah juga sudah memastikan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) di Jakarta dan sekitarnya mampu memotong pasokan sapi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan daging ini, menurut Bayu, pemerintah sudah meyakinkan RPH untuk bisa melakukan penyembelihan 300 ekor sapi per hari.

"Kalau sapi sudah berdatangan, diharapkan masalah kelangkaan bisa diatasi. Untuk pengorganisasian pasokan sapi dilakukan oleh Kementerian Pertanian," katanya. Bayu berharap adanya tambahan pasokan ini bisa membuat harga daging sapi kembali normal di kisaran Rp 75-85 ribu per kilogram.

Bayu menambahkan, para peternak di Jawa Timur sepakat tidak melarang Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat mendistribusikan sapi ke Jabodetabek masuk melalui Jawa Timur. Impor tidak diperlukan jika bisa dipenuhi dari dalam negeri.

"Proses dari sapi jadi daging harus diperbaiki rantai pasokannya sehingga memastikan ketersediaan jumlah daging," katanya.

Menurut Bayu, butuh waktu untuk menambah kapasitas dan jumlah RPH. Ia mengakui kendala distribusi masih menjadi penyebab utama. Ketiadaan kapal khusus pengangkut ternak yang memadai belum bisa diatasi.

"Belum lagi masalah pelabuhan. Saya tidak mau mengatakan ini sederhana, tapi paling tidak memastikan pasokan tidak kosong," katanya.

somber: Tempo Bisnis
2 komentar

Pengumuman BP ISMAPETI Wil III



Setelah melewati proses seleksi dan pertimbangan yang ditentukan oleh pihak Majelis Pekerja ISMAPETI Wilaayah III maka dengan ini kami menetapkan:
  1. Rudi Pamungkas (APEKA)
  2. Kiat Putra Lamanda (UGM)
  3. Zia Zamititah Pawana (UNDIP)
  4. Safira Arifiani (UNS)
  5. Junita Mayzura UNSOED)
menjadi anggota Badan Pekerja Musyawarah Wilayah Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia Wilayah III 2012.

Selamat kepada mahasiswa yang terpilih menjadi BP Wil dan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa yang telah ikut berpartisipasi. kami berharap kita semua bisa bertemu bersama di MUSWIL III di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

Seluruh anggota BP wajib untuk:
  1. mengikuti Pertemuan Rapat Koordinasi BP membahas Draft Muswil III di Fateta UNDIP*
  2. Mengikuti saecara penuh kegiatan MUSWIL III di Fateta UNDIP*


Download Draft MUSWIL III 2012

keterangan: * Waktu menunggu konfirmasi dari panitia
0 komentar

Penyakit Helminthiasis (Cacingan) pada Ruminansia


Gambar 1. Sapi yang Kurus Terserang Helmithiasis 
Diduga bahwa hampir semua sapi yang dipelihara secara tradisional pada kondisi petani terserang penyakit cacingan (Helmithiasis). Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh serangan parasit cacing tergantung pada : Jenis cacing, jumlah cacing yang menyerang, umur sapi yang terserang dan kondisi pakan. Parasit cacing dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan:
  1. Cacing Gilig (Nematoda)
  2. Cacing Pita (Cestoda)
  3. Cacing Hati (Trematoda)
Gejala cacingan sangat tergantung dari jenis cacing yang menyerang ternak sapi. Tetapi pada umumnya gejala cacingan dapat terlihat sebagai berikut: badan kurus, bulu kusam dan berdiri, diare atau bahkan sembelit. Untuk menyiasati harga obat yang mahal dan dampak/efek samping obat kimia yang tidak diharapkan maka perlu diupayakan obat-obatan tradisional. Obatobatan tradisional juga mempunyai efektifitas yang tidak kalah dengan obat-obatan modern.

Contohnya penggunaan beberapa jenis tanaman yang tumbuh di sekitar area yang dapat digunakan sebagai obat cacing :
  1. Buah pinang digongseng (goreng tanpa minyak) kemudian ditumbuk halus 1 sendok makan dicampur air 1 cangkir kemudian diberikan kepada ternak.
  2. Buah atau daun nenas diberikan kepada ternak sekitar 600 mg/kg BB setelah sebelumnya dibersihkan durinya.Buah atau daun nenas ini lebih efektif untuk cacing nematoda. Tetapi harus diingat pemberian daun atau buah nenas tidak boleh pada ternak yang sedang bunting.
  3. Bawang putih yang biasa digunakan untuk memasak di dapur juga mempunyai khasiat anti-cacing yang sangat efektif, terutama untuk melawan infestasi cacing Ascaris. sp, Enterobius dan semua jenis cacing paru-paru. Keuntungan lain dari bawang putih adalah adanya kandungan antibiotika alami yang sangat aman dan tidak meninggalkan residu di sapi, antibiotika ini akan berperan sebagai ”growth promotor” pada laju pertumbuhan sapi. Pada pengobatan sapi-sapi muda penggunaan bawang putih sangat disarankan karena tidak pernah ditemukan efek samping yang merugikan.


Gambar 2. Siklus Hidup Cacing Nematode

Gambar 3. Siklus Hidup Cacing Nematode

Pengendalian penyakit cacingan :
  1. Perhatikan kondisi lingkungan, daerah penggembalaan dan kandang, hindari tanah yang lembab dan basah atau banyak kubangan.
  2. Lakukan penggembalaan bergilir, jangan menggunakan padang penggembalaan secara terus menerus.
  3. Jagalah kandang tetap bersih terutama dari sisa pakan, bila ada sisa pakan segera jauhkan dari kandang atau dibuat kompos.
  4. Segera lakukan pengobatan bila ada sapi yang menunjukkan gejala cacingan



1 komentar

Pengolahan dan Manfaat Kulit Buah Markisa sebagai Bahan Pakan Kambing



          Hasil samping maupun produk limbah pertanian atau industri-agro sering menjadi alternatif yang menjanjikan dalam mendukung produksi ternak ruminansia, termasuk kambing. Pengolahan buah markisa untuk menghasilkan jus markisa sebagai produk utama, menghasilkan hasil sisa berupa kulit buah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak ruminansia. Bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baik sebagai komponen dalam pakan konsentrat maupun sebagai pakan dasar dalammensubstitusi rumput.

PENGOLAHAN
Pengolahan kulit buah segar menjadi bahan baku pakan dilakukan melalui tahapan proses sbb:

Proses pengeringan kulit buah markisa segar membutuhkan 2-3 hari untuk menghasilkan kulit buah kering dengan kadar air sekitar 13%


Tepung kulit buah markisa sebagai komponen konsentrat atau komponen pakan komplit


KOMPOSISI NUTRISI
Kulit buah markisa merupakan sumber energi yang potensial untuk nutrisi ternak kambing. Komposisi nutrisi lebih baik dibandingkan dengan dedak halus, sehingga dapat mensubstitusi penggunaan dedak dalam ransum.


PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN
Pemanfaatan kulit buah markisa sebagai bahan pakan kambing dapat dilakukan dengan cara:
1. Sebagai komponen penyusun konsentrat
2. Sebagai komponen dalam pakan komplit (complete feed)

TARAF PENGGUNAAN
Sebagai bahan dalam membuat konsentrat, kulit buah markisa dapat dimanfaatkan sebanyak 20-45% dengan taraf optimal sekitar 30%.

PBBH: Pertambahan bobot badan harian
KP : Konversi pakan (Konsumsi/PBBH)
Respon pertumbuhan ternak kambing yang diberi pakan mengunakan bahan kulit buah markisa tergolong sangat baik dengan pertambahan bobot badan harian antara 60-105 g dengan konversi pakan antara 8-14.

Sumber : Lolit Kambing Litbang


1 komentar

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMULIAAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI ITIK LOKAL



Dalam budidaya ternak itik ada 3 kategori sistem pemeliharaan yaitu (i) sistem ekstensif, dimana ternak itik digembalakan dari 1 tempat ke tempat lain untuk mencari sumber pakan di sawah-sawah yang selesai dipanen, (ii) sistem semi-intensif, dimana ternak itik dipelihara di sekitar pekarangan rumah dan itik mulai diberi pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizinya, dan (iii) sistem intensif, dimana ternak itik dipelihara terkurung sepanjang periode produksi telur dan kebutuhan pakan disediakan oleh peternak seluruhnya.


Hal tersebut dikemukakan oleh L. Hardi Prasetyo seorang peneliti di Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor dalam acara seminar nasional dan kongres I Indonesia Society of Animal Agriculture (ISAA) di Semarang. Dengan mengangkat tema “Pengembangan Aspek Zooteknis untuk Mendukung Sumberdaya dan Ternak Lokal” dengan diikuti oleh para akademisi, praktisi dan peneliti di bidang peternakan.

Hardi Prasetyo mengatakan, bahwa pemeliharaan itik secara intensif menimbulkan konsekuensi meningkatnya biaya produksi. Untuk itu, agar usaha ternak itik tetap menguntungkan dan menarik bagi peternak diperlukan aplikasi teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, serta penerapan prinsip-prinsip ekonomis usaha. “Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah penggunaan bibit unggul yang dihasilkan dari penerapan teknologi pemuliaan pada ternak-ternak yang memang potensial, di samping pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak secara tepat.,” ungkap Hardi Prasetyo.

Pengembangan bibit unggul

Hardi mencontohkan, seperti halnya pada berbagai komoditas ternak lain, itik juga sudah mengalami proses pemuliaan di beberapa negara. Bibit unggul itik petelur yang pasar utamanya di negara-negara Asia telah dihasilkan di Taiwan dan Vietnam melalui proses seleksi yang terarah. Itik petelur unggulBrown Tsaiya telah dihasilkan di Taiwan melalui proses seleksi selama 13 generasi dengan peningkatan produksi telur sampai umur 52 minggu dari 207 menjadi 229 butir dan umur pertama bertelur turun dari 126 hari menjadi hanya 108 hari tanpa mengurangi bobot telur. Seleksi terhadap sifat lain juga telah dilakukan di Taiwan untuk memperbaiki kekuatan kerabang telur, warna kerabang telur, fertilitas dan daya tetas telur.

Sedangkan di Vietnam, seleksi terhadap itik Co, yang diduga berasal dari Indonesia, dapat meningkatkan produksi telur selama 1 tahun sebesar14,5%. Untuk itik pedaging, di Taiwan telah dilakukan seleksi terhadap itik Manila (entog) dan itik Peking yang persilangan diantaranya menghasilkan itik Serati yang berbulu putih sebagai penghasil daging dan bulu halus (down feather). Di Perancis telah dikembangkan beberapa galur komersial dari itik Manila dan itik Peking pada tingkat GPS (Grand Parent Stock) dan PS (Parent Stock) untuk menghasilkan itik Serati sebagai penghasil daging dan hati (liver). Kriteria seleksi yang digunakan adalah terutama sifat-sifat produksi telur, kualitas karkas, dan sifat-sifat reproduksi.

Lebih jauh Hardi Prasetyo mengatakan, di Indonesia pemanfaatan teknologi pemuliaan juga telah dilakukan untuk menghasilkan bibit-bibit unggul ternak itik, baik petelur maupun pedaging. Peneliti di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) sendiri telah melakukan seleksi 5 generasi terhadap sekelompok itik Alabio dan itik Mojosari untuk menghasilkan itik hibrida petelur unggul hasil persilangan diantara kedua kelompok terseleksi tersebut. Hibrida tersebut, yang dinamakan Itik Master, mempunyai beberapa keunggulan yaitu (i) Rataan produksi telur setahun mencapai 71,5%, (ii) umur pertama bertelur 18 minggu, (iii) rataan puncak produksi telur mencapai 93,4%, (iv) konversi pakan 3,22, dan (v) anak itik jantan dan betina pada saat menetas dapat dibedakan dengan mudah dari warna bulunya.

“Hasil uji coba di tingkat peternak menunjukkan bahwa itik hibrida ini lebih unggul dari bibit induknya maupun silang balik kepada salah satu induknya, selama produksi telur 1 tahun,” terang Hardi Prasetyo yang juga aktif sebagai pengurus organisasi Masyarakat Ilmu  Perunggasan Indonesia (MIPI) ini.

Untuk itik pedaging, Balitnak telah merintis pengembangan galur bibit unggul baru yang berasal dari kombinasi antara itik Peking dan itik Mojosari putih. Hasil persilangan tersebut mengalami proses seleksi selama beberapa generasi untuk memperoleh galur baru yang stabil, sesuai dengan kebutuhan konsumen dalam negeri, dan untuk sementara disebut itik PMp. Adanya bibit unggul pedaging baru ini diharapkan dapat menggantikan bibit itik Peking yang selama ini diimpor, dan juga menyesuaikan dengan selera konsumen lokal yang lebih menghendaki itik potong ukuran sedang.

Keunggulan bibit itik PMp ini adalah bulunya yang putih sehingga menghasilkan warna dan kualitas karkas yang tinggi, mencapai bobot potong dalam umur 8-10 minggu dengan konversi pakan sebesar 3,8. “Jika konsumen memerlukan ukuran karkas yang lebih besar maka itik PMp ini dapat disilangkan dengan entog jantan untuk menghasilkan itik serati dengan bobot potong mencapai 3 kg dalam 10-12 minggu,” kata Hardi Prasetyo.

Implikasi dari tersedianya bibit unggul

Pengembangan bibit unggul sebagai galur komesial mampu meningkatkan produktivitas ternak itik lokal, melalui penerapan teknologi pemuliaan yang tepat sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Peningkatan produksi telur per individu betina induk dari bibit unggul dapat mencapai 10-15% jika dibandingkan dari sebelumnya proses pemuliaan pada pemeliharaan intensif, namun jika dibandingkan dengan induk yang dipelihara secara ekstensif atau semi-intensif peningkatan dapat mencapai 30-40%.

Hal ini jelas menunjukkan adanya peningkatan kapasitas produksi per ekor induk baik dalam menghasilkan telur konsumsi, telur tetas maupun itik potong. Selanjutnya, untuk memperoleh manfaat tersebut perlu ada pengembangan sistem produksi yang benar dengan unit pembibitan yang terarah, dan dengan orientasi komersial dan skala usaha ekonomis.

“Hal inilah yang sampai saat ini masih sulit diwujudkan karena pada umumnya pemeliharaan ternak itik hanya sebagai kegiatan sambilan atau musiman sebagai pengisi waktu kosong antar pertanaman padi atau tanaman pangan lain.” Ungkap Hardi prasetyo.


0 komentar

Chilled Semen



Semen cair dingin hasil proses pengawetan sperma dengan cara diencerkan dan diikuti dengan pendinginan sampai suhu 5°C.

Keuntungan menggunakan Chilled Semen
  1. Pembuatan lebih praktis, cepat dan ekonomis dibandingkan dengan proses pembekuan semen pada -196° C dengan N2 cair.
  2. Semen cukup disimpan pada lemari es atau tempat yang bersuhu 5°C sampai 1 minggu.
  3. Jumlah spermatozoa yang dibutuhkan per inseminasi lebih rendah sehingga produksi straw per ekor pejantan lebih tinggi.
  4. Mempermudah pelaksanaan inseminasi buatan di lapangan karena tidak diperlukan N2 cair, cukup disimpan di dalam thermos bersuhu 5° C.

0 komentar

Manajemen Pakan Sistem Penggemukan Sapi


Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Usaha penggemukan sapi perlu akan upaya untuk meningkatkan bobot sapi sebelum dijual. Banyak dijumpai para peternak tradisional mencari sapi yang telah pubertas, tetapi tubuhnya masih kurus. Tubuh yang kurus tersebut bisa jadi karena pemberian pakan yang kurang tepat.

Di luar negeri, penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman atau sistem paron (Timor). Cara penggemukan sapi secara modern dilakukan dengan menggunakan prinsip feedlot, yaitu pemberian pakan sapi terdiri dari hijauan dan konsentrat yang berkualitas di dalam kandang. 

0 komentar

Uniformity Telur Tetas Hasilkan DOC yang Seragam


Ketidak seragaman DOC yang diterima customer menjadi salah satu faktor penyebab complain, selain masih banyak faktor lain. Untuk itu seleksi ketat berdasarkan body waight harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pemisahan besar kecil telur tetas untuk mendapatkan uniformity yang baik. 

Keseragaman Day Old Chick (DOC) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharan perunggasan. Dengan DOC yang seragam diharapkan akan didapatkan hasil akhir ayam yang seragam pula. Untuk mendapatkan DOC yang berkualitas dan seragam, maka quality control DOC telah dilakukan di hatchery sebelum pengiriman ke customer. Selain itu juga telah dilakukan seleksi telur tetas berdasarkan ukuran (besar-kecil) disamping grade out sehingga didapatkan keseragaman telur tetas saat setting. 


Uniformity Telur Tetas
Ukuran telur tetas menjadi faktor utama yang mempengaruhi ukuran DOC. Bobot DOC biasanya berkisar 65-68% dari bobot telur tetas saat setting. Kadar air akan hilang 12-13% pada saat transfer dihari 18-19. DOC yang kecil dihasilkan dari telur tetas yang kecil begitu juga sebaliknya. Sehingga untuk mendapatkan DOC yang seragam dilakukan pengelompokan telur berdasarkan ukurannya. Namun demikian, selain ukuran telur, weight loss selama inkubasi, juga mempengaruhi variasi bobot ayam. 

BW DOC = 65 - 68% BW EGG

Selain ukuran telur, pemisahan telur berdasarkan umur induk juga perlu diperhatikan sebelum memasukkan telur tetas ke dalam mesin. 

Proses Penetasan
Pemisahan telur berdasarkan ukuran telur dan umur induk sangat penting diperhatikan karena ada perbedaan waktu yang diperlukan dalam inkubasi untuk mendapatkan hasil tetas yang seragam. DOC kecil dihasilkan dari flok muda yang ditetaskan lebih dahulu dari DOC yang besar yang berasal dari telur tua dan dari flok tua. Waktu yang dibutuhkan untuk inkubasi tergantung dari daya tetas telur sebelumnya dan dapat diperkirakan dengan menggunakan data penetasan sebelumnya. 

DOC Yang Seragam
DOC yang seragam akan didapat jika permisahan telur selama alur proses penetasan dijaga. Sehingga kualitas dan keseragaman DOC yang ke customer dapat dijaga. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan kerja keras dan ketelitian para karyawan hatchery (khususnya selector) karena nama baik dari kualitas produk perusahaan ada ditangan mereka. Sebagai finishing action, quality control harus dilakukan setiap panen untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan DOC yang berkualitas no.1 dan tidak ada complain customer. Dengan demikian akan dihasilkan kualitas DOC yang bagus dan seragam. 

Penulis : Dwi Lestari Ningrum, S.Pt (Ditjen PKH
0 komentar

Peternakan Rakyat Mendominasi Peternakan Nasional

Usaha peternakan nasional hingga saat ini masih didominasi usaha peternakan rakyat. Jumlahnya mencapai lebih dari 95% dari jumlah keseluruhan peternak di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (12/5). "Usaha peternakan rakyat jumlahnya mencapai lebih dari 95 persen dari jumlah keseluruhan peternak di Indonesia," kata Anton, di sela rapat paripurna dengan agenda pembicaraan tingkat II/Pengambilan Keputusan atas RUU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Anton memaparkan adanya UU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan merupakan kebutuhan mendesak dalam memberikan perlindungan kepada peternak dan usaha peternakan rakyat. Selain itu, ia menilai UU No 6/1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah tidak relevan lagi untuk dijadikan payung hukum dan acuan dalam melaksanakan pembangunan subsektor peternakan karena dijumpai berbagai kekurangan.

"UU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah sangat mendesak segera diselesaikan karena di samping kemampuannya dalam memberikan perlindungan kepada ternak dari berbagai penyakit, pada saat yang sama juga memberikan perlindungan kepada peternak dan usaha peternakan rakyat," ujarnya.

Ditinjau dari berbagai sudut pandang, lanjutnya, sudah sewajarnya subsektor peternakan dan kesehatan hewan menjadi subsektor yang sangat strategis dalam mendukung kemajuan bangsa dan negara. UU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan mengamanatkan pembentukan dua UU yang bersifat lex spesialis, yaitu UU tentang Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik dan UU tentang Praktik Kedokteran Hewan dan Ketentuan Veteriner.

Sumber: Berita Peternakan
0 komentar

Dari Kami Untuk Peternakan Indonesia


      Mahasiswa peternakan di wilayah Jateng dan DIY yang tergabung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI ) mengadakan kegiatan Bakti Mahasiswa Peternakan Indonesia ( BAMBI ). Kegiatan kali ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Mei 2012 yang bertempat di Desa Karangmojo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar. Peserta Kegiatan ini adalah Mahasiswa Peternakan dari Akademi Peternakan Karanganyar ( selaku Tuan Rumah ) Universitas Jenderal Soedirman ( UNSOED ), Universitas Gajah Mada ( UGM ), Universitas Diponegoro ( UNDIP ), dan Universitas Negeri Sebelas Maret ( UNS ).
 Gambar 1. Tim BAMPI Wilayah III
       Kegiatan BAMPI merupakan salah satu program kerja ISMAPETI wilayah III yang kegiatannya meliputi Sarasehan bareng warga dengan Mahasiswa Peternakan yang membahas permasalahan peternakan dimasyarakat yang melibatkan 60 warga. Kegiatan yang lain adalah penyuluhan kesehatan dan pakan ternak Ruminansia yang disampaikan oleh Dosen APEKA Karanganyar. Kegiatan Pemberian Vitamin kepada ternak warga juga dilaksanakan. Untuk kegiatan ini mahasiswa Peserta kegiatan berkeliling kerumah warga untuk menyuntikkan vitamin.
 Gambar 2. Penyerahan Hadiah Lomba Mewarnai Tingkat Sekolah Dasar
        Untuk kegiatan anak usia dini juga dilaksanakan diantaranya adalah pengenalan hewan ternak dan Lomba mewarnai se-Kecamatan Tasikmadu dan dilanjutkan kampanye gizi bersama anak TK dan SD 1 dan 2 Karangmojo dengan agenda Kegiatan makan telur rebus bersama. Kegiatan BAMPI ditutup pada tanggal 6 Mei dan diakhiri dengan Field Trip ke Tawangmangu yang diikuti oleh semua Peserta Kegiatan.
Gambar 3. Sosialisasi Jamu Ternak





1 komentar

Harga Pakan Naik, Peternak Sidrap Demo DPRD



    Karena harga pakan ayam melambung tinggi, Forum Persatuan Peternak Sidrap (FPPS) se-Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidrap, Senin (23/10/2012).

Mereka mendeask pemerintah membantu menurunkan harga pakan ayam yang naik signifikan selama tiga bulan terakhir ini.

 "Tiga bulan terakhir, nasib peternak ayam petelur di Kabupaten Sidrap sungguh memprihatinkan. Hal ini diakibatkan karena tingginya biaya produksi, harga pakan ayam naik drastis dari Rp 250 ribu per sak naik menjadi Rp 320 ribu per sak," ungkap koordinator aksi Irvan, di depan kantor DPRD, Senin (23/10/2012).

Tingginya harga pakan ayam, berbanding terbalik dengan harga telur ayam menurun darastis dari Rp 23.000 per rak, menjadi Rp 20.000 per rak. "Dari tiga bulan terakhir, peternak di Kabupaten Sidrap ini mengalami kerugian sekitar Rp 8,5 miliar per bulan. Jika kondisi ini terus berlarut-larut, akan berdampak sosial, ekonomi dan memicu peningkatan inflasi," kata Irvan.

Dalam aksi itu, Petani FPPS juga menggelar aksi treatrikal penindasan terhadap pengusaha telur. Padahal peternak ayam petelur di Kabupaten Sidrap terbesar kedua setelah pertanian di Kabupaten Sidrap.

Usai berorasi, para peternak meminta anggota DPRD keluar. Namun mereka belum juga mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari perwakilan DPRD. Mereka pun mengancam akan menduduki kantor DPRD.

Sumber: KOMPAS
0 komentar

Ciri- ciri Kambing Bunting

      Mengenali kambing yang bunting dari fisik pada awal kebuntingan tidaklah mudah. Langkah awal yang dapat dilakukan oleh peternak secara umum adalah memperhatikan siklus birahi (estrus / heating) dari kambing tersebut. Jika dalam 21 hari setelah dikawinkan, kambing betina tidak birahi lagi maka kemungkinan besar kambing tersebut bunting.

    Beberapa referensi di buku dan internet tidak pernah melakukan pembedaan ciri-ciri kebuntingan kambing betina yang masih dara dengan yang sudah beranak. Rata-rata referensi yang ada menganggap semua sama. Padahal kebuntingan kambing yang masih dara lebih sulit dikenali daripada kambing yang sudah pernah beranak. Pada artikel ini akan dibagi ciri kebuntingan kambing yang masih dara dengan yang sudah pernah beranak.

1. Mengenal Kebuntingan Kambing Dara

Secara fisik kambing yang baru bunting pertama kali (dara) lebih sulit dikenali kebuntingannya dibandingkan kambing yang sudah pernah beranak. Dalam 3 bulan pertama kambing dara yang bunting belum menampakkan perbedaan fisik yang nyata. Ukuran ambing kambing dara yang masih kecil membuat sulit untuk menentukan apakah kambing dara tersebut sedang bunting atau tidak.

Beberapa ciri kambing dara yang bunting:

  a. Kambing lebih tenang, jinak dan tidak gelisah
  b. Kulit menjadi agak kendor atau lemas
  c. Pusar diperut melebar
  d. Bulu menjadi rontok dan agak mengkilap
  e. Nafsu makan bertambah sehingga badan agak gemuk.

Setelah usia kebuntingan 3 bulan kambing dara yang bunting lebih mudah dikenali dari perubahan badannya. Perut kambing membesar seiring usia kebuntingan yang semakin tua.


2. Mengenal Kebuntingan Kambing yang Pernah Beranak

Kambing yang pernah beranak lebih mudah dikenali kebuntingannya daripada kambing dara. Pada umur kebuntingan dibawah 2 bulan (8 minggu), kambing yang sudah beranak sudah dapat dideteksi kebuntingannya.

Beberapa ciri kambing bunting:

  1. Ambing susu membesar. Jika diperah keluar cairan bening dan lengket di kulit. Pada umur kebuntingan yang lebih tua, cairan tersebut berubah warna menjadi kuning transparan.
  2. Pusar diperut melebar
  3. Nafsu makan bertambah. Bisa jadi kambing agak kurus pada saat kebuntingannya. Hal ini terjadi karena kambing tersebut masih dalam keadaan menyusui atau baru lepas menyusui anaknya (cempe).
  4. Perut membesar
1 komentar

Urea Molasses Block (UMB)


        Molasses merupakan bahan sisa dari industri gula yang banyak dijumpai di samping hasil utamanya. Dari berbagai bahan sisa yang dihasilkan industri gula, molasses merupakan bahan dasar yang berharga sekali untuk industri dengan fermentasi. Molasses adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari pengkristalan gula pasir. Molasses tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Molasses merupakan produk limbah dari industri gula di mana produk ini masih banyak mengandung gula dan asam-asam organik, sehingga merupakan bahan baku yang sangat baik untuk pembuatan etanol. Bahan ini merupakan produk sampingan yang dihasilkan selama proses pemutihan gula. Kandungan gula dari molasses terutama sukrosa berkisar 40-55%.

        Sifat fisika molasses yakni berwujud cairan berwarna hitam, memiliki sifat Brix 90,92 %, Pol 29,89 %, HK 32,88 %, dan TSAI 55,32 %. Sedangkan komposisi utamanya yakni sukrosa 38,94 %, glukosa 14,43 %, fruktosa 16,75 %, abu 11,06 %, dan air 18,82 %. Sifat kimia molasses mengandung banyak karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku proses fermentasi alkohol maupun fermentasi lain

       Bahan utama untuk membuat UMB adalah molasses sebagai sumber energi. Molases merupakan bahan pakan sumber energi karena banyak mengandung pati dan gula. Kecernaanya tinggi dan bersifat palatable. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar airnya 78-86%, gula 77%, abu 10,5%, protein kasar 3,5%, dan TDN 72%

Cara Pembuatan UMB
     Dalam pembuatan UMMB bahan-bahan yang digunakan adalah: molase, onggok, dedak, tepung daun singkong kering, tepung tulang, kapur, urea, lakta mineral dan garam dapur ( disesuaikan dengan formula yang diinginkan). Untuk pembuatan UMMB dapat dipilih salah satu formula tersebut di atas.Proses pembuatannya adalah seluruh bahan pada formula yang dibuat dicampur kecuali molase. Setelah bahan-bahan dicampur secara merata, kemudian molase ditambahkan kedalam campuran dan diaduk-aduk hingga tidak ada gumpalan-gumpalan, kemudian adonan dipanaskan/ digoreng dengan api kecil selama kira-kira 3 (menit) atau 4 ( menit). Selanjutnya adonan UMMB yang masih panas tersebut dipres dalam wadah-wadah atau cetakan. UMMB telah siap untuk diberikan kepada hewan atau disimpan di tempat yang tidak lembab.

Cara Pemberian UMB
       UMB diberikan pada pagi hari sebelum hewan diberi pakan pokok.


Manfaat UMB
        Hasil kajian dampak sosial ekonomi dari pengamatan lapangan terhadap penerapan
hasil litbang melalui Iptekda, menunjukkan:
· Perbaikan pendapatan peternak
· Menumbuhkan swadaya masyarakat dalam usaha peternakan (pengadaan pakan
  pokok dan pakan suplemen )
· Meningkatkan kemampuan inovasi peternak dalam mengembangkan peralatan
  pembuatan pakan suplemen
· Mendorong berkembangnya kegiatan usaha baru dalam memproduksi UMMB.

0 komentar

Seminar Regional Potensi Ternak Lokal dalam Mendukung Swasembada Daging 2014



Rab, 24/10/12] Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPTI) Fakultas Peternakan Unsoed kemarin Sabtu(20 Oktober 2012) menyelengarakan seminar regional mengusung tema “Potensi Ternak Lokal Dalam Mendukung  Swasembada Daging 2014”yang dilaksanakan di Ruang Seminar I Lantai III Fakultas Peternakan Unsoed. Seminarberhasil memunculkan ide kreatif dan gagasan-gagasan optimis dari seluruh perwakilan mahasiswa peternakan Jawa-Tengah dan DIY. Dihadiri oleh semua delegasi fakultas peternakan se Jawa Tengah(Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Surakarta, dan Akademi Peternakan Karanganyar) serta perwakilan mahasiswa dan UKM Fak Peternakan Unsoed. Seminar berjalan komunikatif dan menarik yang pada akhirnya timbul diskusi yang mampu memunculkan pemikiran baru bagi kemajuan peternakan Indonesia.

Kegiatan dimulai jam08:30sampai 13.00dibuka oleh Pembantu Dekan III Fakultas Peternakan Unsoed Dr. Drh. Muhamad Samsi, MP. Narasumber seminar berasal dari akademisi yaitu Dr.Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr yang juga Dekan Fakultas Peternakan Unsoed, Ir. Sukadan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Banyumas dan Bapak Ruswoyo praktisi dan pengembang Usaha Peternakan Kambing serta sebagai moderator  Abidindari BEM Fak Peternakan Unsoed.  Semua hadirin tampak antusias ketika diberi kesempatan oleh bang Abidin untuk bertanya. Nampak semua hadirin memiliki pertanyaan yang hendak diajukan guna memenuhi dahaga mereka akan terwujudnya Swasembada Daging 2014. Semua pertanyaan berhasil dijawab dengan baik oleh ketiga narasumber, termasuk pertanyaan yang mempermasalahkan penyembelihan betina produktif dan permasalahan penyalahgunaan dana insentif kepada pemilik sapi betina bunting usia 6 bulan. Narasumber berasumsi masalah-masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya kerjasama antara peternak, pemerintah, dan akademisi. Lemanya pengawasan dan ketegasan penegakan hukum menjadi salah satu alasan terjadinya kecurangan dan manipulasi di lapangan di dunia peternakan, tetapi apabila semua sudah saling bersinergi maka harapan swasembada daging 2014 bukanlah sebuah impian belaka.

Acara ditutup oleh pembawa acara tepat jam satu siang. Penyerahan penghargaan kepada ketiga pembicara berlangsung meriah. Peserta keluar ruangan dengan sebuah pemikiran baru dan optimisme tinggi akan terwujudnya swasembada daging 2014 melalui potensi ternak lokal. Peserta berarap akan diadakan seminar yang lebih besar tentang peternakan. Harapan peserta seperti diungkapkan Ardiyanto (22) delegasi dari Universitas Diponegoro mengatakan bahwa seminar memang penting dan dipandang perlu guna menumbuhkan pemikiran baru dan adanya komunikasi antara peternak, pemerintah dan akademisi yang akhirnya mampu bersinergi dalam mewujudkan swasembada daging dari ketiga unsur tersebut. Maju Terus Pantang Menyerah!(AS)
0 komentar

Swasembada Daging 2014, Akankah Terealisasi?



      Bogor (29/9) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, telah menyelenggarakan Seminar Nasional yang merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Fapet Golden Week (FGW) 2012. Program percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014 yang dicanangkan pemerintah kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 tentu sudah banyak dikenal para pelaku dan akademisi peternakan. Oleh karena itu, BEM Fapet IPB mengangkat tema “Swasembada daging 2014, akankah terealisasi?” sebagai wujud kepedulian mahasiswa terhadap pelaksanaan program tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan di gedung Graha Widya Wisuda (GWW) ini dihadiri oleh Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr. Sc (Wakil Dekan Fapet IPB), Dr. Ir. Abu Bakar, MM(Direktur Perbibitan Ternak)Robi Agustiar(Sekretaris 2 DPD PPSKI Jawa Barat), Dr. Ir. Arif Daryanto, M.Ec (Direktur Manajemen Bisnis IPB), dan Karnadi Winaga (Operasional Direktur PT Karya Anugerah Rumpin). Seminar yang di moderatori oleh Prof. Muladno ini begitu hidup dan menarik dengan berbagai keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan program PSDSK 2014 yang disampaikan oleh para narasumber.

       Usaid Gharizah, Ketua BEM Fapet IPB melaporkan kegiatan ini dilaksanakan untuk menggali informasi, menganalisis dan evaluasi dari masing-masing narasumber yang berbeda background dengan menghadirkan akademisi, praktisi/pebisnis, pemerintah dan perhimpunan atau komunitas. Lengkap sudah ABG dan C atau Academision, Bussinesman, Government dan Community beradu pendapat untuk keberhasilan program PSDSK 2014. “Tema yang diangkat dalam seminar ini, bukanlah pernyataan pesimistis dari mahasiswa terhadap program PSDSK 2014, namun tema ini mari kita jadikan dorongan untuk mencapai PSDSK 2014. Sehingga dengan adanya seminar ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa dan masukan-masukan untuk para pelaku dan pemangku kebijakan”, Dr. Yamin sampaikan dalam sambutannya sekaligus membuka secara resmi seminar.

     Ir. Abu Bakar, SE,. MM. sebagai narasumber mewakili pemerintah menyampaikan bahwa program PSDSK 2014 adalah salah satu program dari Kementrian Pertanian yang ditanggungjawabkan kepada Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebelum menyampaikan lebih jauh seputar program PSDSK 2014, ia terlebih dahulu sampaikan pengertian Swasembada daging, yaitu terpenuhinyakebutuhanpenyediaandagingsapi/kerbau yang berasaldariproduksilokal (dalamnegeri) sebesar 90% dan 10%sisanyadipenuhidariimpor.  Hasil sensus ternak 2011 menyebutkan bahwa populasi sapi potong adalah 14,8 juta ekor dan kerbau 1,3 juta ekor yang dipelihara oleh 5,6 juta rumah tangga peternak. Populasi ini terkonsentrasi sebagian besar di pulau Jawa dan Jawa timur memiliki 31,8% populasi sapi potong Indonesia. Dari data sensus tersebut, telah memenuhi populasi target swasembada yaitu 14,2 juta ekor. Meskipun sudah mencapai target populasi, tetap program ini harus dilanjutkan sampai kita bisa benar-benar mandiri dalam penyediaan pangan khususnya daging.

“Pemerintah sudah menyiapkan 5 kegiatan pokokdalam mendukung pencapaian program Ditjennakkeswan, yaitu penyediaan bakalan/daging sapi/kerbau lokal, peningkatan produktivitas ternak sapi lokal, pengendalian sapi/kerbau betina produktif, penyediaan bibit sapi/kerbau dan pengaturan stock daging sapi/kerbau di dalam negeri”, Abu Bakar sampaikan dengan rinci. Terhadap penanganan rumah potong hewan, Ia sadari belum mencapai maksimal, terutama penanganan pemotongan betina produktif dan bunting di RPH. Pemerintah sudah menyediakan dana kompensasi untuk peternak yang diketahui akan memotong sapi betina produktif dan sapi bunting diatas 5 bulan sebesar 500 sampai 800 ribu. Dana ini diberikan supaya peternak mau merawat sapi sampai anak sapi lahir, sehingga populasi ternak bertambah. Upaya trobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan meredistribusi aset ternak dari daerah yang padat ternak ke daerah yang mempunyai crayying capacity yang tinggi. Abu Bakar berharap dukungan dari lintas sektor diantaranya Kementrian BUMN, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Keuangan, Kementrian Pekerjaan Umum, BPN dan Kementrian Riset dan Teknologi untuk mendukung perkembangan perindustrian peternakan.

     Arif Daryanto sebagai seorang akademisi memberikan pandangan terhadap peluang keberhasilan Program PSDSK 2014. Terlebih dahulu ia membawakan pesan Campbell dan Lasley mengatakan “negara yang kaya ternak, tidak pernah miskin. Negara yang miskin ternak, tidak pernah kaya.” Kemudian Arif melanjutkan, “untuk menganalisis swasembada daging sapi harus kembali pada konsep ekonomi dasar yaitu permintaan dan penawaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya jumlah ternak, tingkat urbanisasi, revolusi peternakan, pertumbuhan pendapatan, kualitas produk (segmentasi pasar), relative cost price advantages dan supermarket revolution. Sedangkan yang mempengaruhi penawaran adalah perkembangan teknologi, perkembangan genetika, genetic base yang terkonsentrasi, harga biji-bijian dan distribusi penggunaannya, dan kategori konsumsi pakan.” Peningkatan pendapatan masyarakat dan meningkatnya tingkat kepuasan konsumen ini akan memberikan dampak positif untuk dunia peternakan. Produk peternakan merupakan komoditas pangan bernilai tinggi dibandingkan produk pangan lain. Orang akan mulai mencari kepuasan dan meningkatkan taraf hidupnya ketika pendapatan sudah meningkat. Arif menyebutkan saat ini Indonesia sudah menempati produsen telur ke-8 terbesar dan penghasil daging ayam terbesar ke 7 di dunia. 

    Menurut Karnadi Winaga sebagai pelaku peternakan sapi menanggapi Program PSDSK 2014, menyampikan keprihatinnanya terhadap belum siapnya para peternak menerapkan pola peternakan secara intensif maupun ekstensif. Ketidaksiapan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan modal untuk memanajemen peternakan sapi. Pengusaha yang sekarang sudah memiliki populasi sapi lebih dari 3000 ekor ini menuturkan modal yang terbatas dan infrastruktur yang masih seadanya. PT KAR yang dipimpin Karnadi mulai dari tahun 2005 sudah memulai usaha breeding dengan fokus menyelamatkan ras sapi sumba ongole dengan memperbaiki sifat genetiknya. Sudah saatnya para pelaku peternakan bekerjasama dengan para ilmuan di dinas-dinas terkait, untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan mengurangi resiko kerugian. Sekarang Kasnadi bekerja sama dengan Balai Embrio Ternak Cipelang dalam program embrio transfer dan pemurnian ras sapi ongole.

       Robi Agustiar memaparkan kondisi peternakan sapi saat ini yang masih carut marut dan jauh dari skala menguntungkan. “Permintaan daging sapi yang tinggi tidak mampu di cukupi oleh produksinya. Diperparah peternakan sapi di Indonesia diusahakan oleh sebagian besar peternak rakyat skala kecil, bibit yang tidak berkualitas dan pakan yang sangat mahal. Akibatnya crossing Simmental dan limousine banyak dilakukan dimasyarakat untuk mendapatkan kualitas ternak yang baik,” Robi ungkap dengan jelas. Masalah lain yang diungkapkan oleh lulusan Fapet UNPAD ini adalah peta logistik yang belum tertata rapi dan belum adanya MODA transportasi yang memadai untuk distribusi ternak antar pulau. Akibatnya usaha beternak sapi sangat tidak efisien jika tidak dibenahi dengan benar. Beliau mencontohkan transportasi ternak di pelabuhan Madura yang mengangkut 146 sapi dan 267 kambing akhirnya tenggelam. Kemudian dicontohkan pula di Samarinda yang belum ada dermaga sehingga sapi harus berenang turun dari kapal menuju pantai. Untuk mencapai PSDSK 2014 beliau menyampaikan harapannya, yaitu pemerintah fokus pada masalah swasembada bukan pada importasi, program pembibitan harus segera dibenahi dan menjadi tanggung jawab pemerintah, harmonisasi kebijakan antar kementrian, law enforcement harus ditegakan, dan terakhir harapan beliau adalah revitalisasi infrastruktur logistik sapi potong. 

      Seminar ini menampilkan berbagai masalah yang terjadi pada pelaksanaan Program PSDSK 2014. Semua kekuarangan dalam pelaksanaan PSDSK 2014 sudah harus dibenahi sehingga program ini tercapai dengan baik dan bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan di usaha peternakan sapi dan kerbau. Untuk mahasiswa, sudah saatnya mulai mencermati dan memberikan solusi serta segudang ide-ide segar untuk keberhasilan program ini. Swasembada daging 2014, akankah terealisasi? Kita semua harus optimis, dengan karya nyata!


Penulis : Heru Nugraha (IPB)

0 komentar

Seminar Pakan Internasional 2012 "The Alternative Potency of Integrated Farm Through the Integration of Cow-Oil Palm and Its Opportunity for Entrepreneurship"


     Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) Institut Pertanian Bogor telah melaksanakan seminar Internasional (10/10) di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit, Fapet IPB. Kegiatan ini membawakan tema “The Alternative Potency of Integrated Farm Through the Integration of Cow-Oil Palm and Its Opportunity for Entrepreneurship”. Hadir dalam seminar ini Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc, Agr (Dekan Fakultas peternakan IPB) beserta staf pengajar Fapet IPB, Drh. Abdul Karnaen (Direktorat Jenderal Peternakan dan kesehatan Hewan), para pembicara Tuan. Mohammad Amizi Bin Ayob (University Technology Mara Perlis, Malaysia), Drh.  Askardiya R Patrianov, MP (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Riau), I Gusti Made Jaya Adhi (Kabid Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan Prov. Kalimantan Timur) serta tidak kurang dari 250 peserta hadir dari berbagai kalangan. Seminar ini menjadi sangat menarik karena bisa mendatangkan pembicara dari Malaysia sekaligus pelaku dan peneliti sistem Integrasi sapi-sawit. Disamping itu, seminar ini di ikuti juga oleh mahasiswa peserta Student Meeting: South East Asia Animal Science Student Network dari berbagai Universitas yang ada Fakultas dan jurusan ilmu peternakan di Indonesia. Seminar ini dibuka oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB, Luki Abdullah dan yang memandu jalannya  seminar adalah Dr. Despal salah satu staf pengajar Fapet IPB. 

      Abdul Karnaen dalam Keynote Speakernya menyampaikan materi Alternatif peternakan terpadu melalui integrasi sapi-sawit. Ia tegaskan bahwa untuk kepastian terselenggaranya peternakan dan kesehatn hewan diperlukan penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan dalam tata ruang wilayah. Lahan berfungsi sebagai penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alami, seleksi, kastrasi dan pelayanan IB, tempat pelayanan kesehatan hewan, dan tempat/objek penelitian teknologi peternakan dan kesehatan hewan. kebijakan pembangunan peternakan dan kesehatan dilakukan dengan 5 program pokok. Namun ia mengungkapkan bahwa permasalahan pokok untuk integrasi sapi-sawit adalah masalah penguasaan lahan. Adanya sistem integrasi sapi-sawit mempunyai banyak keuntungan meskipun harus dalam jangka panjang.
Tuan Moh. Amizi Bin Ayob memaparkan kondisi sistem integrasi sapi-sawit di Malaysia yang sudah sangat berkembang. “Sekitar tahun 2000 harga sawit di Malaysia sangat jatuh dan jauh dari menguntungkan. Sehingga jika pengusaha memanen sawitnya akan lebih merugi ketimbang tidak memanen karena akan memerlukan cost yang lebih banyak. Namun, pemerintah Malaysia berusaha dengan kebijakan pemerintahnya untuk perusahan sawit harus mengintegrasikan usahanya dengan peternakan Lembu/sapi,” Amizi sampaikan dengan serius. Ia menyebutkan dengan adanya Integrasi ini menyebabkan peningkatan pendapatan untuk perusahaan meskipun itu memerlukan waktu yang lama dalam meyakinkan para pengusaha untuk melakukan integrasi sapi-sawit. Disamping itu, ia sampaikan juga bahwa dengan adanya sistem integrasi ini mampu memberikan pendapatan untuk negara sebesar 30%. Indonesia dan Malaysia adalah produsen besar dari komoditas sawit, dan negara di ASEAN sangat potensial untuk melakukan sistem integrasi ini, Amizi dengan mantap menyampaikan.

        Riau sebagai kawasan perkebunan sawit yang paling luas dengan luasan 22,72% dari total keseluruhan lahan sawit Indonesia merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan sapi-sawit. Drh. Askardiya R Patrianov, MP sebagai kepala dinas peternakan dan kesehatan hewan Riau menyampaikan bahwa perkebunan sawit merupakan cadangan pakan untuk ternak. Selain itu, ia menambahkan bahwa sistem integrasi ini mampu menghindari konflik lahan antara pengusaha dan masyarakat sekitar perkebunan. Yang dilakukan pemerintah Riau adalah dengan cara meyakinkan para pengusaha terhadap keberadaan sapi dilahan perkebunan akan memberikan banyak manfaat untuk sawit. Ia mengajak semua masyarakat untuk berfikir pintar, dan mencermati isu-isu tentang integrasi sapi-sawit seperti dapat menimbulkan kumbang sebagai hama sawit, munculnya ganoderma, renoseros dan pemadatan tanah oleh injakan sapi. Semua itu hanyalah isu yang akan menghambat perkembangan sapi di Indonesia. “Jika kita sudah mampu memproduksi sapi dalam negeri dengan sistem ini, hal inilah yang ditakutkan negara-negara pengimpor sapi ke Indonesia,” tegas lulusan FKH IPB ini.

      I Gusti Made Jaya menyampaikan bahwa Kalimantan Timur secara faktual memiliki lahan yang sangat luas dengan penduduk yang masih jarang. Hal ini membuat pemerintah Kaltim berupaya keras untuk bisa mencukupi kebutuhan ternak terutama sapi dari daerahnya sendiri. Oleh karena itu, pemerintah Kaltim berusaha mengembangkan peternakan dengan pendekatan pembangunan seperti Pedekatan Kawasan/Wilayah, pendekatan kesisteman, Pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. “Pemerintah daerah menerapkan sistem integrasi Sapi-sawit karena sulitnya penyediaan pakan yang berkesinambungan, terjadinya alih fungsi lahan pertanian, perlu adanya pedekatan alternatif, hasil samping industri pertanian melimpah, dan luasan kebun sawit Kaltim sebesar 827.347 ha. Disamping itu, limbah kotoran sapi sebagai sumber unsur hara untuk kelapa sawit. Pendekatan yang digunakan berupa Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) sehingga terjadi daur ulang optimal dari sumber daya lokal yang tersedia,” Gusti paparkan. Ia juga mengungkapkan beberapa hasil ikutan kelapa sawit yang bisa dimanfaatkan untuk pakan sapi, diantaranya Palm Pressing Fibre (10% dari TBS), Lumpur sawit (20% dari TBS), Bungkil kelapa sawit (49,5% dari inti sawit), pelepah serta daun kelapa sawit dan tandan buah kosong (35% dari TBS). Di kaltim juga ada kelompok ternak Rejeki Baru yang menggembalakan sapinya di areal perkebunan sawit yang sampai sekarang memiliki populasi sapi lebih dari 500 ekor. “pembangunan peternakan pola integrasi ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit sangat potensial dikembangkan untuk menggerakan perekonomian berbasis pertanian di pedesaan. Tentu diperlukan adanya kerjasama yang kuat antara pemerintah daerah, pusat, swasta, LSM maupun perguruan tinggi untuk terwujudnya pembangunan integrasi ternak sapi dengan perkebunan sawit,” harapan Gusti mengkahiri penyampaian materinya. Seminar internasional ini di akhiri dengan penampilan seni musik perkusi “D-Ransum” yang merupakan UKM seni mahasiswa Fakultas Peternakan IPB.

Penulis : Heru Nugraha (IPB)

0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ISMAPETI WILAYAH III - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
ttp://kompiajaib.blogspot.com/ -->