Featured Post Today
print this page
Latest Post

Harga Pakan Naik, Peternak Sidrap Demo DPRD



    Karena harga pakan ayam melambung tinggi, Forum Persatuan Peternak Sidrap (FPPS) se-Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidrap, Senin (23/10/2012).

Mereka mendeask pemerintah membantu menurunkan harga pakan ayam yang naik signifikan selama tiga bulan terakhir ini.

 "Tiga bulan terakhir, nasib peternak ayam petelur di Kabupaten Sidrap sungguh memprihatinkan. Hal ini diakibatkan karena tingginya biaya produksi, harga pakan ayam naik drastis dari Rp 250 ribu per sak naik menjadi Rp 320 ribu per sak," ungkap koordinator aksi Irvan, di depan kantor DPRD, Senin (23/10/2012).

Tingginya harga pakan ayam, berbanding terbalik dengan harga telur ayam menurun darastis dari Rp 23.000 per rak, menjadi Rp 20.000 per rak. "Dari tiga bulan terakhir, peternak di Kabupaten Sidrap ini mengalami kerugian sekitar Rp 8,5 miliar per bulan. Jika kondisi ini terus berlarut-larut, akan berdampak sosial, ekonomi dan memicu peningkatan inflasi," kata Irvan.

Dalam aksi itu, Petani FPPS juga menggelar aksi treatrikal penindasan terhadap pengusaha telur. Padahal peternak ayam petelur di Kabupaten Sidrap terbesar kedua setelah pertanian di Kabupaten Sidrap.

Usai berorasi, para peternak meminta anggota DPRD keluar. Namun mereka belum juga mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari perwakilan DPRD. Mereka pun mengancam akan menduduki kantor DPRD.

Sumber: KOMPAS
0 komentar

Ciri- ciri Kambing Bunting

      Mengenali kambing yang bunting dari fisik pada awal kebuntingan tidaklah mudah. Langkah awal yang dapat dilakukan oleh peternak secara umum adalah memperhatikan siklus birahi (estrus / heating) dari kambing tersebut. Jika dalam 21 hari setelah dikawinkan, kambing betina tidak birahi lagi maka kemungkinan besar kambing tersebut bunting.

    Beberapa referensi di buku dan internet tidak pernah melakukan pembedaan ciri-ciri kebuntingan kambing betina yang masih dara dengan yang sudah beranak. Rata-rata referensi yang ada menganggap semua sama. Padahal kebuntingan kambing yang masih dara lebih sulit dikenali daripada kambing yang sudah pernah beranak. Pada artikel ini akan dibagi ciri kebuntingan kambing yang masih dara dengan yang sudah pernah beranak.

1. Mengenal Kebuntingan Kambing Dara

Secara fisik kambing yang baru bunting pertama kali (dara) lebih sulit dikenali kebuntingannya dibandingkan kambing yang sudah pernah beranak. Dalam 3 bulan pertama kambing dara yang bunting belum menampakkan perbedaan fisik yang nyata. Ukuran ambing kambing dara yang masih kecil membuat sulit untuk menentukan apakah kambing dara tersebut sedang bunting atau tidak.

Beberapa ciri kambing dara yang bunting:

  a. Kambing lebih tenang, jinak dan tidak gelisah
  b. Kulit menjadi agak kendor atau lemas
  c. Pusar diperut melebar
  d. Bulu menjadi rontok dan agak mengkilap
  e. Nafsu makan bertambah sehingga badan agak gemuk.

Setelah usia kebuntingan 3 bulan kambing dara yang bunting lebih mudah dikenali dari perubahan badannya. Perut kambing membesar seiring usia kebuntingan yang semakin tua.


2. Mengenal Kebuntingan Kambing yang Pernah Beranak

Kambing yang pernah beranak lebih mudah dikenali kebuntingannya daripada kambing dara. Pada umur kebuntingan dibawah 2 bulan (8 minggu), kambing yang sudah beranak sudah dapat dideteksi kebuntingannya.

Beberapa ciri kambing bunting:

  1. Ambing susu membesar. Jika diperah keluar cairan bening dan lengket di kulit. Pada umur kebuntingan yang lebih tua, cairan tersebut berubah warna menjadi kuning transparan.
  2. Pusar diperut melebar
  3. Nafsu makan bertambah. Bisa jadi kambing agak kurus pada saat kebuntingannya. Hal ini terjadi karena kambing tersebut masih dalam keadaan menyusui atau baru lepas menyusui anaknya (cempe).
  4. Perut membesar
1 komentar

Urea Molasses Block (UMB)


        Molasses merupakan bahan sisa dari industri gula yang banyak dijumpai di samping hasil utamanya. Dari berbagai bahan sisa yang dihasilkan industri gula, molasses merupakan bahan dasar yang berharga sekali untuk industri dengan fermentasi. Molasses adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari pengkristalan gula pasir. Molasses tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Molasses merupakan produk limbah dari industri gula di mana produk ini masih banyak mengandung gula dan asam-asam organik, sehingga merupakan bahan baku yang sangat baik untuk pembuatan etanol. Bahan ini merupakan produk sampingan yang dihasilkan selama proses pemutihan gula. Kandungan gula dari molasses terutama sukrosa berkisar 40-55%.

        Sifat fisika molasses yakni berwujud cairan berwarna hitam, memiliki sifat Brix 90,92 %, Pol 29,89 %, HK 32,88 %, dan TSAI 55,32 %. Sedangkan komposisi utamanya yakni sukrosa 38,94 %, glukosa 14,43 %, fruktosa 16,75 %, abu 11,06 %, dan air 18,82 %. Sifat kimia molasses mengandung banyak karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku proses fermentasi alkohol maupun fermentasi lain

       Bahan utama untuk membuat UMB adalah molasses sebagai sumber energi. Molases merupakan bahan pakan sumber energi karena banyak mengandung pati dan gula. Kecernaanya tinggi dan bersifat palatable. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar airnya 78-86%, gula 77%, abu 10,5%, protein kasar 3,5%, dan TDN 72%

Cara Pembuatan UMB
     Dalam pembuatan UMMB bahan-bahan yang digunakan adalah: molase, onggok, dedak, tepung daun singkong kering, tepung tulang, kapur, urea, lakta mineral dan garam dapur ( disesuaikan dengan formula yang diinginkan). Untuk pembuatan UMMB dapat dipilih salah satu formula tersebut di atas.Proses pembuatannya adalah seluruh bahan pada formula yang dibuat dicampur kecuali molase. Setelah bahan-bahan dicampur secara merata, kemudian molase ditambahkan kedalam campuran dan diaduk-aduk hingga tidak ada gumpalan-gumpalan, kemudian adonan dipanaskan/ digoreng dengan api kecil selama kira-kira 3 (menit) atau 4 ( menit). Selanjutnya adonan UMMB yang masih panas tersebut dipres dalam wadah-wadah atau cetakan. UMMB telah siap untuk diberikan kepada hewan atau disimpan di tempat yang tidak lembab.

Cara Pemberian UMB
       UMB diberikan pada pagi hari sebelum hewan diberi pakan pokok.


Manfaat UMB
        Hasil kajian dampak sosial ekonomi dari pengamatan lapangan terhadap penerapan
hasil litbang melalui Iptekda, menunjukkan:
· Perbaikan pendapatan peternak
· Menumbuhkan swadaya masyarakat dalam usaha peternakan (pengadaan pakan
  pokok dan pakan suplemen )
· Meningkatkan kemampuan inovasi peternak dalam mengembangkan peralatan
  pembuatan pakan suplemen
· Mendorong berkembangnya kegiatan usaha baru dalam memproduksi UMMB.

0 komentar

Seminar Regional Potensi Ternak Lokal dalam Mendukung Swasembada Daging 2014



Rab, 24/10/12] Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPTI) Fakultas Peternakan Unsoed kemarin Sabtu(20 Oktober 2012) menyelengarakan seminar regional mengusung tema “Potensi Ternak Lokal Dalam Mendukung  Swasembada Daging 2014”yang dilaksanakan di Ruang Seminar I Lantai III Fakultas Peternakan Unsoed. Seminarberhasil memunculkan ide kreatif dan gagasan-gagasan optimis dari seluruh perwakilan mahasiswa peternakan Jawa-Tengah dan DIY. Dihadiri oleh semua delegasi fakultas peternakan se Jawa Tengah(Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Surakarta, dan Akademi Peternakan Karanganyar) serta perwakilan mahasiswa dan UKM Fak Peternakan Unsoed. Seminar berjalan komunikatif dan menarik yang pada akhirnya timbul diskusi yang mampu memunculkan pemikiran baru bagi kemajuan peternakan Indonesia.

Kegiatan dimulai jam08:30sampai 13.00dibuka oleh Pembantu Dekan III Fakultas Peternakan Unsoed Dr. Drh. Muhamad Samsi, MP. Narasumber seminar berasal dari akademisi yaitu Dr.Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr yang juga Dekan Fakultas Peternakan Unsoed, Ir. Sukadan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Banyumas dan Bapak Ruswoyo praktisi dan pengembang Usaha Peternakan Kambing serta sebagai moderator  Abidindari BEM Fak Peternakan Unsoed.  Semua hadirin tampak antusias ketika diberi kesempatan oleh bang Abidin untuk bertanya. Nampak semua hadirin memiliki pertanyaan yang hendak diajukan guna memenuhi dahaga mereka akan terwujudnya Swasembada Daging 2014. Semua pertanyaan berhasil dijawab dengan baik oleh ketiga narasumber, termasuk pertanyaan yang mempermasalahkan penyembelihan betina produktif dan permasalahan penyalahgunaan dana insentif kepada pemilik sapi betina bunting usia 6 bulan. Narasumber berasumsi masalah-masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya kerjasama antara peternak, pemerintah, dan akademisi. Lemanya pengawasan dan ketegasan penegakan hukum menjadi salah satu alasan terjadinya kecurangan dan manipulasi di lapangan di dunia peternakan, tetapi apabila semua sudah saling bersinergi maka harapan swasembada daging 2014 bukanlah sebuah impian belaka.

Acara ditutup oleh pembawa acara tepat jam satu siang. Penyerahan penghargaan kepada ketiga pembicara berlangsung meriah. Peserta keluar ruangan dengan sebuah pemikiran baru dan optimisme tinggi akan terwujudnya swasembada daging 2014 melalui potensi ternak lokal. Peserta berarap akan diadakan seminar yang lebih besar tentang peternakan. Harapan peserta seperti diungkapkan Ardiyanto (22) delegasi dari Universitas Diponegoro mengatakan bahwa seminar memang penting dan dipandang perlu guna menumbuhkan pemikiran baru dan adanya komunikasi antara peternak, pemerintah dan akademisi yang akhirnya mampu bersinergi dalam mewujudkan swasembada daging dari ketiga unsur tersebut. Maju Terus Pantang Menyerah!(AS)
0 komentar

Swasembada Daging 2014, Akankah Terealisasi?



      Bogor (29/9) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, telah menyelenggarakan Seminar Nasional yang merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Fapet Golden Week (FGW) 2012. Program percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014 yang dicanangkan pemerintah kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 tentu sudah banyak dikenal para pelaku dan akademisi peternakan. Oleh karena itu, BEM Fapet IPB mengangkat tema “Swasembada daging 2014, akankah terealisasi?” sebagai wujud kepedulian mahasiswa terhadap pelaksanaan program tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan di gedung Graha Widya Wisuda (GWW) ini dihadiri oleh Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr. Sc (Wakil Dekan Fapet IPB), Dr. Ir. Abu Bakar, MM(Direktur Perbibitan Ternak)Robi Agustiar(Sekretaris 2 DPD PPSKI Jawa Barat), Dr. Ir. Arif Daryanto, M.Ec (Direktur Manajemen Bisnis IPB), dan Karnadi Winaga (Operasional Direktur PT Karya Anugerah Rumpin). Seminar yang di moderatori oleh Prof. Muladno ini begitu hidup dan menarik dengan berbagai keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan program PSDSK 2014 yang disampaikan oleh para narasumber.

       Usaid Gharizah, Ketua BEM Fapet IPB melaporkan kegiatan ini dilaksanakan untuk menggali informasi, menganalisis dan evaluasi dari masing-masing narasumber yang berbeda background dengan menghadirkan akademisi, praktisi/pebisnis, pemerintah dan perhimpunan atau komunitas. Lengkap sudah ABG dan C atau Academision, Bussinesman, Government dan Community beradu pendapat untuk keberhasilan program PSDSK 2014. “Tema yang diangkat dalam seminar ini, bukanlah pernyataan pesimistis dari mahasiswa terhadap program PSDSK 2014, namun tema ini mari kita jadikan dorongan untuk mencapai PSDSK 2014. Sehingga dengan adanya seminar ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa dan masukan-masukan untuk para pelaku dan pemangku kebijakan”, Dr. Yamin sampaikan dalam sambutannya sekaligus membuka secara resmi seminar.

     Ir. Abu Bakar, SE,. MM. sebagai narasumber mewakili pemerintah menyampaikan bahwa program PSDSK 2014 adalah salah satu program dari Kementrian Pertanian yang ditanggungjawabkan kepada Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebelum menyampaikan lebih jauh seputar program PSDSK 2014, ia terlebih dahulu sampaikan pengertian Swasembada daging, yaitu terpenuhinyakebutuhanpenyediaandagingsapi/kerbau yang berasaldariproduksilokal (dalamnegeri) sebesar 90% dan 10%sisanyadipenuhidariimpor.  Hasil sensus ternak 2011 menyebutkan bahwa populasi sapi potong adalah 14,8 juta ekor dan kerbau 1,3 juta ekor yang dipelihara oleh 5,6 juta rumah tangga peternak. Populasi ini terkonsentrasi sebagian besar di pulau Jawa dan Jawa timur memiliki 31,8% populasi sapi potong Indonesia. Dari data sensus tersebut, telah memenuhi populasi target swasembada yaitu 14,2 juta ekor. Meskipun sudah mencapai target populasi, tetap program ini harus dilanjutkan sampai kita bisa benar-benar mandiri dalam penyediaan pangan khususnya daging.

“Pemerintah sudah menyiapkan 5 kegiatan pokokdalam mendukung pencapaian program Ditjennakkeswan, yaitu penyediaan bakalan/daging sapi/kerbau lokal, peningkatan produktivitas ternak sapi lokal, pengendalian sapi/kerbau betina produktif, penyediaan bibit sapi/kerbau dan pengaturan stock daging sapi/kerbau di dalam negeri”, Abu Bakar sampaikan dengan rinci. Terhadap penanganan rumah potong hewan, Ia sadari belum mencapai maksimal, terutama penanganan pemotongan betina produktif dan bunting di RPH. Pemerintah sudah menyediakan dana kompensasi untuk peternak yang diketahui akan memotong sapi betina produktif dan sapi bunting diatas 5 bulan sebesar 500 sampai 800 ribu. Dana ini diberikan supaya peternak mau merawat sapi sampai anak sapi lahir, sehingga populasi ternak bertambah. Upaya trobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan meredistribusi aset ternak dari daerah yang padat ternak ke daerah yang mempunyai crayying capacity yang tinggi. Abu Bakar berharap dukungan dari lintas sektor diantaranya Kementrian BUMN, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Keuangan, Kementrian Pekerjaan Umum, BPN dan Kementrian Riset dan Teknologi untuk mendukung perkembangan perindustrian peternakan.

     Arif Daryanto sebagai seorang akademisi memberikan pandangan terhadap peluang keberhasilan Program PSDSK 2014. Terlebih dahulu ia membawakan pesan Campbell dan Lasley mengatakan “negara yang kaya ternak, tidak pernah miskin. Negara yang miskin ternak, tidak pernah kaya.” Kemudian Arif melanjutkan, “untuk menganalisis swasembada daging sapi harus kembali pada konsep ekonomi dasar yaitu permintaan dan penawaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya jumlah ternak, tingkat urbanisasi, revolusi peternakan, pertumbuhan pendapatan, kualitas produk (segmentasi pasar), relative cost price advantages dan supermarket revolution. Sedangkan yang mempengaruhi penawaran adalah perkembangan teknologi, perkembangan genetika, genetic base yang terkonsentrasi, harga biji-bijian dan distribusi penggunaannya, dan kategori konsumsi pakan.” Peningkatan pendapatan masyarakat dan meningkatnya tingkat kepuasan konsumen ini akan memberikan dampak positif untuk dunia peternakan. Produk peternakan merupakan komoditas pangan bernilai tinggi dibandingkan produk pangan lain. Orang akan mulai mencari kepuasan dan meningkatkan taraf hidupnya ketika pendapatan sudah meningkat. Arif menyebutkan saat ini Indonesia sudah menempati produsen telur ke-8 terbesar dan penghasil daging ayam terbesar ke 7 di dunia. 

    Menurut Karnadi Winaga sebagai pelaku peternakan sapi menanggapi Program PSDSK 2014, menyampikan keprihatinnanya terhadap belum siapnya para peternak menerapkan pola peternakan secara intensif maupun ekstensif. Ketidaksiapan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan modal untuk memanajemen peternakan sapi. Pengusaha yang sekarang sudah memiliki populasi sapi lebih dari 3000 ekor ini menuturkan modal yang terbatas dan infrastruktur yang masih seadanya. PT KAR yang dipimpin Karnadi mulai dari tahun 2005 sudah memulai usaha breeding dengan fokus menyelamatkan ras sapi sumba ongole dengan memperbaiki sifat genetiknya. Sudah saatnya para pelaku peternakan bekerjasama dengan para ilmuan di dinas-dinas terkait, untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan mengurangi resiko kerugian. Sekarang Kasnadi bekerja sama dengan Balai Embrio Ternak Cipelang dalam program embrio transfer dan pemurnian ras sapi ongole.

       Robi Agustiar memaparkan kondisi peternakan sapi saat ini yang masih carut marut dan jauh dari skala menguntungkan. “Permintaan daging sapi yang tinggi tidak mampu di cukupi oleh produksinya. Diperparah peternakan sapi di Indonesia diusahakan oleh sebagian besar peternak rakyat skala kecil, bibit yang tidak berkualitas dan pakan yang sangat mahal. Akibatnya crossing Simmental dan limousine banyak dilakukan dimasyarakat untuk mendapatkan kualitas ternak yang baik,” Robi ungkap dengan jelas. Masalah lain yang diungkapkan oleh lulusan Fapet UNPAD ini adalah peta logistik yang belum tertata rapi dan belum adanya MODA transportasi yang memadai untuk distribusi ternak antar pulau. Akibatnya usaha beternak sapi sangat tidak efisien jika tidak dibenahi dengan benar. Beliau mencontohkan transportasi ternak di pelabuhan Madura yang mengangkut 146 sapi dan 267 kambing akhirnya tenggelam. Kemudian dicontohkan pula di Samarinda yang belum ada dermaga sehingga sapi harus berenang turun dari kapal menuju pantai. Untuk mencapai PSDSK 2014 beliau menyampaikan harapannya, yaitu pemerintah fokus pada masalah swasembada bukan pada importasi, program pembibitan harus segera dibenahi dan menjadi tanggung jawab pemerintah, harmonisasi kebijakan antar kementrian, law enforcement harus ditegakan, dan terakhir harapan beliau adalah revitalisasi infrastruktur logistik sapi potong. 

      Seminar ini menampilkan berbagai masalah yang terjadi pada pelaksanaan Program PSDSK 2014. Semua kekuarangan dalam pelaksanaan PSDSK 2014 sudah harus dibenahi sehingga program ini tercapai dengan baik dan bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan di usaha peternakan sapi dan kerbau. Untuk mahasiswa, sudah saatnya mulai mencermati dan memberikan solusi serta segudang ide-ide segar untuk keberhasilan program ini. Swasembada daging 2014, akankah terealisasi? Kita semua harus optimis, dengan karya nyata!


Penulis : Heru Nugraha (IPB)

0 komentar

Seminar Pakan Internasional 2012 "The Alternative Potency of Integrated Farm Through the Integration of Cow-Oil Palm and Its Opportunity for Entrepreneurship"


     Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) Institut Pertanian Bogor telah melaksanakan seminar Internasional (10/10) di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit, Fapet IPB. Kegiatan ini membawakan tema “The Alternative Potency of Integrated Farm Through the Integration of Cow-Oil Palm and Its Opportunity for Entrepreneurship”. Hadir dalam seminar ini Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc, Agr (Dekan Fakultas peternakan IPB) beserta staf pengajar Fapet IPB, Drh. Abdul Karnaen (Direktorat Jenderal Peternakan dan kesehatan Hewan), para pembicara Tuan. Mohammad Amizi Bin Ayob (University Technology Mara Perlis, Malaysia), Drh.  Askardiya R Patrianov, MP (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Riau), I Gusti Made Jaya Adhi (Kabid Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan Prov. Kalimantan Timur) serta tidak kurang dari 250 peserta hadir dari berbagai kalangan. Seminar ini menjadi sangat menarik karena bisa mendatangkan pembicara dari Malaysia sekaligus pelaku dan peneliti sistem Integrasi sapi-sawit. Disamping itu, seminar ini di ikuti juga oleh mahasiswa peserta Student Meeting: South East Asia Animal Science Student Network dari berbagai Universitas yang ada Fakultas dan jurusan ilmu peternakan di Indonesia. Seminar ini dibuka oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB, Luki Abdullah dan yang memandu jalannya  seminar adalah Dr. Despal salah satu staf pengajar Fapet IPB. 

      Abdul Karnaen dalam Keynote Speakernya menyampaikan materi Alternatif peternakan terpadu melalui integrasi sapi-sawit. Ia tegaskan bahwa untuk kepastian terselenggaranya peternakan dan kesehatn hewan diperlukan penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan dalam tata ruang wilayah. Lahan berfungsi sebagai penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alami, seleksi, kastrasi dan pelayanan IB, tempat pelayanan kesehatan hewan, dan tempat/objek penelitian teknologi peternakan dan kesehatan hewan. kebijakan pembangunan peternakan dan kesehatan dilakukan dengan 5 program pokok. Namun ia mengungkapkan bahwa permasalahan pokok untuk integrasi sapi-sawit adalah masalah penguasaan lahan. Adanya sistem integrasi sapi-sawit mempunyai banyak keuntungan meskipun harus dalam jangka panjang.
Tuan Moh. Amizi Bin Ayob memaparkan kondisi sistem integrasi sapi-sawit di Malaysia yang sudah sangat berkembang. “Sekitar tahun 2000 harga sawit di Malaysia sangat jatuh dan jauh dari menguntungkan. Sehingga jika pengusaha memanen sawitnya akan lebih merugi ketimbang tidak memanen karena akan memerlukan cost yang lebih banyak. Namun, pemerintah Malaysia berusaha dengan kebijakan pemerintahnya untuk perusahan sawit harus mengintegrasikan usahanya dengan peternakan Lembu/sapi,” Amizi sampaikan dengan serius. Ia menyebutkan dengan adanya Integrasi ini menyebabkan peningkatan pendapatan untuk perusahaan meskipun itu memerlukan waktu yang lama dalam meyakinkan para pengusaha untuk melakukan integrasi sapi-sawit. Disamping itu, ia sampaikan juga bahwa dengan adanya sistem integrasi ini mampu memberikan pendapatan untuk negara sebesar 30%. Indonesia dan Malaysia adalah produsen besar dari komoditas sawit, dan negara di ASEAN sangat potensial untuk melakukan sistem integrasi ini, Amizi dengan mantap menyampaikan.

        Riau sebagai kawasan perkebunan sawit yang paling luas dengan luasan 22,72% dari total keseluruhan lahan sawit Indonesia merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan sapi-sawit. Drh. Askardiya R Patrianov, MP sebagai kepala dinas peternakan dan kesehatan hewan Riau menyampaikan bahwa perkebunan sawit merupakan cadangan pakan untuk ternak. Selain itu, ia menambahkan bahwa sistem integrasi ini mampu menghindari konflik lahan antara pengusaha dan masyarakat sekitar perkebunan. Yang dilakukan pemerintah Riau adalah dengan cara meyakinkan para pengusaha terhadap keberadaan sapi dilahan perkebunan akan memberikan banyak manfaat untuk sawit. Ia mengajak semua masyarakat untuk berfikir pintar, dan mencermati isu-isu tentang integrasi sapi-sawit seperti dapat menimbulkan kumbang sebagai hama sawit, munculnya ganoderma, renoseros dan pemadatan tanah oleh injakan sapi. Semua itu hanyalah isu yang akan menghambat perkembangan sapi di Indonesia. “Jika kita sudah mampu memproduksi sapi dalam negeri dengan sistem ini, hal inilah yang ditakutkan negara-negara pengimpor sapi ke Indonesia,” tegas lulusan FKH IPB ini.

      I Gusti Made Jaya menyampaikan bahwa Kalimantan Timur secara faktual memiliki lahan yang sangat luas dengan penduduk yang masih jarang. Hal ini membuat pemerintah Kaltim berupaya keras untuk bisa mencukupi kebutuhan ternak terutama sapi dari daerahnya sendiri. Oleh karena itu, pemerintah Kaltim berusaha mengembangkan peternakan dengan pendekatan pembangunan seperti Pedekatan Kawasan/Wilayah, pendekatan kesisteman, Pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. “Pemerintah daerah menerapkan sistem integrasi Sapi-sawit karena sulitnya penyediaan pakan yang berkesinambungan, terjadinya alih fungsi lahan pertanian, perlu adanya pedekatan alternatif, hasil samping industri pertanian melimpah, dan luasan kebun sawit Kaltim sebesar 827.347 ha. Disamping itu, limbah kotoran sapi sebagai sumber unsur hara untuk kelapa sawit. Pendekatan yang digunakan berupa Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) sehingga terjadi daur ulang optimal dari sumber daya lokal yang tersedia,” Gusti paparkan. Ia juga mengungkapkan beberapa hasil ikutan kelapa sawit yang bisa dimanfaatkan untuk pakan sapi, diantaranya Palm Pressing Fibre (10% dari TBS), Lumpur sawit (20% dari TBS), Bungkil kelapa sawit (49,5% dari inti sawit), pelepah serta daun kelapa sawit dan tandan buah kosong (35% dari TBS). Di kaltim juga ada kelompok ternak Rejeki Baru yang menggembalakan sapinya di areal perkebunan sawit yang sampai sekarang memiliki populasi sapi lebih dari 500 ekor. “pembangunan peternakan pola integrasi ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit sangat potensial dikembangkan untuk menggerakan perekonomian berbasis pertanian di pedesaan. Tentu diperlukan adanya kerjasama yang kuat antara pemerintah daerah, pusat, swasta, LSM maupun perguruan tinggi untuk terwujudnya pembangunan integrasi ternak sapi dengan perkebunan sawit,” harapan Gusti mengkahiri penyampaian materinya. Seminar internasional ini di akhiri dengan penampilan seni musik perkusi “D-Ransum” yang merupakan UKM seni mahasiswa Fakultas Peternakan IPB.

Penulis : Heru Nugraha (IPB)

0 komentar

Seminar Livestock Vaganza "Pengembangan Peternakan Berwawasan Lingkungan"


      Minggu (16/9), Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) telah melaksanakan Seminar Nasional yang merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Livestock Vaganza 2012. Kegiatan yang diadakan di auditorium Jannes Humntal Hutasoit ini mampu menyedot antusias mahasiswa, terutama mahsiswa peternakan. Tidak kurang dari 250 orang ikut serta dalam Seminar Nasional yang bertemakan “Pengembangan Peternakan Berwawasan Lingkungan.” Hadir dalam seminar ini dekan Fakultas Peternakan bapak Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr sekaligus sebagai salah satu narasumber seminar bidang akademisi, wakil dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr. SC, dosen-dosen Fapet IPB serta tamu undangan dari seluruh Himpunan Profesi se-IPB. Seminar ini di moderatori oleh Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA (Guru besar genetika ternak Fapet IPB), dan sebagai narasumber Dr. Djoko Purwanto (mewakili direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan) serta Nurul M. Karim (Superintendent Conservation and Agribusines Development PT. Kaltim Prima Coal). 

     Rangga Lawe Sandjaya sebagai ketua pelasakna dalam sambutannya mengatakan, bahwa mahasiswa perlu ikut serta dalam mensukseskan program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Sedangkan Aditya Ananda selaku ketua HIMAPROTER mengharapkan bahwa seminar ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peternakan pada khususnya dan sebagai bekal modal untuk membangun peternakan masa depan yang lebih baik. “Maju peternakan ku, maju Indonesia ku”, dengan semangat Adit memimpin jargon kepada peserta seminar. Dalam sambutannya wakil dekan Fapet IPB, Dr. M. Yamin berkata, “saat ini isu lingkungan menjadi PR yang sangat berat bagi industri peternakan. Oleh karena itu, untuk pengembangan peternakan memerlukan keharmonisan interdisiplin ilmu.” Setelah menyampaikan sambutan, Dr. Yamin juga membuka seminar Livestock Vaganza dengan resmi. 

      Sebagai narasumber pertama, Dr. Luky menyampaikan bahwa industri peternakan tidak akan bisa berdiri sendiri dengan kokoh, perlu ada interaksi dan kerja sama dengan pihak lain. “Setiap Industri yang menghasilkan by product, pada dasarnya tidak akan bisa berdiri sendiri. Apakah itu pertanian, kehutanan, perkebunan, bahkan industri tambang, dipastikan meninggalkan by product yang memerlukan pengelolaan”, kata ahli agronomi hijauan pakan ini. “Pengembangan peternakan akan terbentur dengan masalah lahan. Lahan dapat digunakan sebagai pertanian dan juga bisnis. Perlu adanya kolaborasi untuk menyelesaikan masalah lahan, sehingga peternakan bisa masuk dan menjadi sumber ekonomi yang menguntungkan. Contohnya adalah lahan bekas tambang yang akan menyisakan galian-galian dengan lubang-lubang besar disana sini dan lahan menjadi tidak subur. Hal tersebut memerlukan reklamasi lahan yang cukup berat dan dapat diikuti dengan memasukan peternakan sebagai aktivitas ekonomi yang mengarah pada konservasi lahan yang menguntungkan”, lulusan sarjana peternakan IPB tahun 1990 ini menuturkan dengan santai.

     Penyelesaian lahan bekas tambang menjadi aktivitas ekonomi berbasis peternakan sangatlah mudah, diantaranya 1) Kompetensi land management diperusahaan sangat baik, 2) kompetensi watter management sangat handal, 3) adanya kewajiban untuk mengembalikan lahan pasca tambang untuk areal pemanfaatan lain, dan 4) trend minat untuk pengembangan peternakan dilahan pasca tambang seringkali dijumpai dari pimpinan-pimpinan perusahaan tambang. Disamping integrasi dengan lahan pasca tambang, peternakan pun dapat diintegrasikan di lahan perkebunan sawit. Integrasi sapi dengan sawit sangatlah memungkinkan. Dengan lahan sawit sekitar 9 juta Ha, bisa menghasilkan pakan sapi yang diambil dari by product pengolahan minyak sawit dan dari pelepah sawit. Adapun sapi dapat dijadikan sebagai penghasil kotoran untuk pemanfaatan pupuk kelapa sawit. Selain itu, Sylvopastura juga dapat digunakan sebagai sarana peternakan. Masih banyak lahan-lahan yang dapat dijadikan pastura, terutama lahan di Indonesia bagian Timur, menurut peneliti kelahiran sukabumi ini menyampaikan.

    Pembicara kedua adalah Djoko Purwanto dari Ditjennak dan Keswan yang membawakan materi kebijakan pemerintah dalam mendukung usaha integrasi peternakan dengan sektor lain di Indonesia. Djoko menyampaikan pemerintah membagi pengembangan peeternakan menjadi 3 kawasan, yaitu 1) kawasan penggembalaan, 2) kawasan padat penduduk dan 3) kawasan integrasi. Dikelompokan menjadi beberapa kawasan supaya memudahkan dalam penetapan program pemerintah supaya tepat. Kawasan 1 diperuntukan daerah Indonesia bagian timur yang memang masih memiliki lahan luas dengan penduduk yang tidak terlalu banyak. Daerah yang masuk kawasan 2 adalah Jawa dan Bali, sedangkan daerah yang masuk ke kawasan 3 adalah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. 

Penulis : Heru Nugraha (IPB)
0 komentar

Generasi Muda Peternakan akan Terbang di ASEAN


      
     Perkembangan informasi, teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak lagi mengenal kawasan sektoral tetapi lebih menuju global, yaitu kemajuan yang harus disertai peningkatan sumber daya manusianya. Lintas sektor dan negara bukan lagi menjadi halangan untuk peningkatan kapasitas secara individu maupun kelompok. Terutama dalam bidang pendidikan tidak hanya harus belajar dikelas, tetapi belajar dinegara lain yang serumpun akan menjadi impian yang bakal tercapai sekarang ini. Generasi muda sudah saatnya sekarang melibatkan diri secara langsung dalam peningkatan kompetensi peternakan. Mengingat perkembangan ekonomi suatu negara dikatakan tergantung keinginan dan kemauan anak mudanya. Sudah saatnya pemikiran yang bersifat lokal dan individual ditinggalkan.

        Rabu, 10 September 2012 bertempat di ruang sidang dekanat Fakultas Peternakan IPB merupakan hari yang paling bersejarah bagi mahasiswa Fakultas Peternakan yang ikut serta dalam penggalangan dukungan untuk terbentuknya sebuah Networking yang sekarang tidak hanya di Indonesia saja melainkan ke negara-negara ASEAN yang akan dinamakan dengan SEAASS-NET (South East Asia Animal Science Student Network). Adapun Fakultas Peternakan yang ikut serta mengirimkan mahasiswanya untuk mendukung terbentuknya SEAASS-NET diantaranya adalah Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Jambi, Universitas. Lampung, Institut Pertanian Bogor sebagai tuan rumah dan juga inisiator, Universitas Djuanda Bogor, Universitas Padjajaran, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Lamongan, Politeknik Jember, Universitas Kanjuruhan Malang dan Universitas Mataram. Adanya kesepakatan yang ditandai dengan penandatanganan mendukung terbentuknya SEAASS-NET dari masing-masing universitas yang datang dapat membuktikan betapa penting dan manfaatnya jika SEAASS-NET segera terbentuk. Saat ini yang menjadi koordinator Indonesia adalah Amalia Ikhwanti, mahasiswi Fakultas Peternakan IPB.
Tujuan yang ingin dicapai
SEAASS-NET memiliki tujuan menjalin jalur komunikasi dan informasi antar mahasiswa peternakan se-Asia Tenggara untuk keperluan kerjasama di bidang akademik yang saling menguntungkan, mengkaji dan memberikan solusi terhadap isu-isu di bidang peternakan, memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat di bidang keilmuan peternakan. 

Kegiatan Khusus dan Umum
       SEAASS-NET memiliki kegiatan umum diantaranya menyusun data base keanggotaan  SEAAS-NET, membangun sistem informasi yang efektif dan efisien di bidang akademik dan kerjasama bagi anggota SEAAS-NET, mengembangkan kualitas mahasiswa anggota SEAAS-NET. Kegiatan khusus yang akan dilaksanakan adalah menyediakan informasi yang berkaitan dengan pertukaran pelajar, magang,  beasiswa, lowongan kerja, dan teknologi tepat guna, melaksanakan simposium terkait permasalahan global setiap tahun sesuai dengan kesepakatan anggota, mempromosikan SEAAS-NET ke seluruh universitas di Asia Tenggara,  dan melaksanakan kajian serta memberikan masukan kepada stakeholder untuk pengembangan peternakan atau kebijakan strategis.

      Dengan adanya SEAASS-NET  ini dapat menjadi wadah untuk mahasiswa peternakan untuk ikut serta membangun industri peternakan melalui karya dan hasil pemikiriannya yang dapat di-share ke seluruh mahasiswa peternakan anggota SEAASS-NET  kedepan dan memberikan solusi untuk isu-isu penting yang mengancam perkembangan peternakan. Anggota dapat mengikuti kegiatan seperti magang, annual meeting, simposium, Student exchange dan kegiatan lainnya ke universitas di negara lain yang tergabung dalam SEAAS-NET. Diharapkan dengan akan terbentuknya SEAAS-NET ini bisa meningkatkan peran mahasiswa peternakan dalam perkembangan industri peternakan terutama di Asia Tenggara. Networking ini paling tidak harus memiliki jargon yang kuat dalam MENYELAMATKAN PANGAN DUNIA yang saat ini permintaannya akan semakin terus meningkat. Oleh karena itu, dukungan dari semua pihak sangat diharapkan untuk terwujudnya jaringan keprofesian bidang peternakan ini sehingga dapat mencapai kerja yang maksimal dan bermanfaat untuk semua pihak.

Penulis : Heru Nugraha (PB ISMAPETI)

0 komentar

Rumah Potong Bebek (RPB) Ala Kelompok Peternak


Dengan memiliki rumah potong bebek, kelompok peternak bebek dapatkan untung lebih besar, usaha jadi lebih efisien, waktu pemotongan lebih cepat, dan karkas lebih higienis

Tak puas hanya menetaskan telur dan budidaya pembesaran bebek (jenis kampung), Kelompok Tani Ternak Itik Bahana Putra Mandiri sejak 2007 merambah usaha rumah potong bebek (RPB). Bisnis hilir ini menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Dindin Haerudin ketua kelompok tersebut memberi perbandingan, kalau bebek hidup hanya dihargai Rp 21.000 tiap kg hidupnya, maka penjualan dalam wujud karkas jauh lebih menarik. ”Berkisar Rp 25.000 – Rp 45.000 per karkas dengan bobot kisaran 0,8 – 1,2 kg tiap karkasnya,” sebut Dindin.

Di awal pendiriannya, RPB kelompok ini hanya memotong 20 ekor bebek dan tidak tiap hari memotong. Proses pemotongannya pun masih manual kala itu. Namun terhitung Maret 2010, RPB ini pindah ke lokasi baru di atas lahan seluas 645 m2 yang tercatat masuk Kampung Cinangsi, Kabupaten Tasikmalaya. Berada tak jauh dari pinggir jalan raya dan dilengkapi peralatan semi-otomatis, kini RPB beraset Rp 700 juta ini per hari mampu memotong sekitar 300 – 400 ekor bebek atau mencapai 12.000 ekor per bulan. Sedangkan kapasitas terpasangnya adalah sebesar 1.000 ekor per hari.

Dindin mengungkapkan, keputusan kelompoknya mendirikan RPB bukan sekadar coba-coba, tapi karena ada peluang cukup besar untuk memasok karkas bebek ke rumah-rumah makan di seputar Tasikmalaya. ”Jadi pendirian RPB kami rencanakan dengan matang. Kami yakin prospeknya bakal bagus,” ujarnya penuh nada optimis.

Alasan lain didirikannya RPB itu karena Dindin dan anggotanya ”bosan” terus-menerus ditekan bandar bebek. ”Dengan RPB, mata rantai tata niaga yang panjang dapat diputus. Sehingga harga jual dan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi. Apalagi saat ini rumah makan yang menyediakan menu olahan bebek semakin menjamur, permintaan terus meningkat,” ia bersemangat.

Dindin menilai, RPB memberikan banyak keuntungan bagi usaha kelompoknya. Ia menyebut, waktu pemotongan akan lebih cepat dan efisien. Selain itu karkas jadi lebih higienis karena pemotongnya telah disertifikasi dan mendapat surat izin memotong. ”Tak kalah pentingnya, keberadaan RPB di kelompok kami seolah menjadi subsidi bagi anggota sehingga pendapatan jadi lebih besar,” katanya.

Berbeda dengan kelompok yang dipimpin Dindin, Kelompok Tani Ternak Itik Igan Mekar di Desa Karanganyar, Kabupaten Cirebon, sebagaimana dikatakan ketua kelompoknya, Abdul Wahid, belum memiliki RPB. ”Dari segi kemampuan teknis kami sudah siap. Tinggal modalnya saja. Bila ada yang mau berinvestasi, kami siap jalan,” ujar Wahid.  

Sejauh ini, kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Divisi Bebek di Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) ini, kelompoknya menjual bebek hidup. Namun bila ada permintaan dalam bentuk karkas, anggotanya yang berjumlah 30 orang akan memotong di rumahnya masing-masing secara tradisional.

Dengan permintaan dari Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Bandung sebanyak 500 – 700 ekor bebek hidup (1,3 kg per ekor, dengan harga lepas kandang Rp 30.000 per ekor) per minggu, Wahid menilai kelompoknya sudah waktunya memiliki RPB. Sebab Wahid mengamati bahwa tren permintaan bebek dalam bentuk karkas terus meningkat. ”Pasar sebenarnya sudah menuntut dalam bentuk karkas,” katanya. Bila menjual bentuk karkas, Wahid membandingkan, per ekor dengan berat 0,9 kg dihargai Rp 35.000, bahkan bisa lebih.   

Investasi dan Prospek
Dindin punya kalkulasi, besaran investasi RPB untuk kapasitas potong 1.000 ekor per hari sekitar Rp 500 juta. ”Itu untuk RPB bila alat-alat yang menggunakan listrik hanya tempat pencelup berisi air panas dan freezer (alat pembeku), selebihnya manual,” katanya.

Sementara Wahid yang pernah meninjau RPB milik rekannya di Surabaya mengatakan, investasi RPB mulai dari awal pembangunan hingga beroperasi, dengan kapasitas potong per hari sebanyak 1.000 ekor, mesin serba otomatis, dan tenaga kerja 12 orang membutuhkan sekitar Rp 2,5 miliar. ”Itu belum termasuk lahan,” tambahnya.

Dengan melihat tren permintaan daging bebek yang terus meningkat dan harga jual yang cenderung stabil, Wahid yakin angka investasi yang ia sebutkan akan kembali dalam waktu sekitar 3 tahun.
Dindin yakin sepenuhnya, dengan memiliki RPB usaha bebeknya akan semakin efisien dan menjanjikan. Syaratnya, sambung dia, RPB dikelola dengan manajemen yang baik dan solid, serta menjaga hubungan baik dan saling percaya dengan pembeli. ”Yang juga penting, suplai bebek hidup untuk dipotong harus kontinu,” tandasnya.

Sumber : Majalah Trobos, 01 Oktober 2012 (Klik disini)
13 komentar

Pembangunan Kota VS Pembangunan Peternakan Indonesia



     Indonesia adalah negara agraris dengan ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas, tak terkecuali lahan untuk pengembangan usaha peternakan di Indonesia. Pembangunan peternakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan swasta. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan,pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan produkpeternakan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragamdan merata. Sedang swasta dan masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan kecukupan produk peternakan, dapat berupamelaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk ternak.

     Di sisi lain, Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini yang mencapai 223 juta orang dengan tingkat pertumbuhan populasi 1,01 persen per tahun (Ditjenak, 2006), merupakan target pasar potensial yang ingin dibidik oleh banyak negara produsen pangan di dunia termasuk produk pangan peternakan. Dari ketiga macam produk pangan utama asal ternak, maka ada beberapa komoditas yang telah mampu berswasembada dan ada juga yang sangat bergantung pada ketersediaan melalui impor.
    Dibalik peluang usaha peternakan yang cukup besar ini ternyata mendapat kendala dengan keadaan terbatasnya alokasi lahan guna pengembangan usaha peternakan. Pada saat ini pengembangan peternakan banyak terusat di pulau jawa, terutama di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Terbatasnya ketersediaan lahan ini diakibatkan karena semakin maraknya pembangunanrumah warga dan gedung-gedung pencangkar langit yang belum tertata dengan baik. Banyak pengusaha peternakan yang menghentikan usahanya akibat adanya protes dari warga di sekitar lokasi usaha, padahal kalau dilihat dari urutan waktu tempat tinggal, usaha peternakan sudah ada di daerah tersebut lebih lama dibandingkan perumahan warga.

    Tak lama beberapa waktu yang lalu kita melihat berita di media masa adanya ternak sapi yang berkeliaran di daerah Kota Banten. Hal tersebut membuktikan bahwa minimnya perhatian dari berbagai phak terkait dengan kesejahteraan ternak. Jangan sampai Indonesia mendapat pencekalan dari dunia Internasional terkait nasib ternak di Indonesia seperti yang terjadi pada tahun ini Australia menghentikan ekspor sapi ke Indonesia karena melihat perlakuan para pelaku usaha Rumah Potong Hewan yang memberlakukan ternak sapi yang akan dipotong yang tidak memperhatikan tata cara penyembelihan yang baik.

    Permasalahn ketersediaan lahan peternakan ini dapat diselesaikan dengan adanya gebrakan dari Pemerintah yang harus berani mengambil keputusan untuk membuat kebijakan pemetaan pembangunan di suatu wilayah. Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Madura, dan tak terkecuali Pulau Papua memiliki potensi lahan yang cukup baik. Dengan pembangunan yang merata di seluruh pulau di Indonesai akan mendorong pertumbuhan penduduk yang merata, tidak hanya terpusat pada Pulau Jawa saja.


0 komentar

Potensi Ternak di Jawa Tengah


Potensi Ternak Plasma Nutfah di Jawa Tengah antara lain :

SAPI JAWA BREBES (SAPI JABRES)

 
Sapi ini diduga merupakan hasil persilangan antara Sapi Madura atau Sapi Bali dengan Sapi Lokal atau Ongole. Sapi Jabres berkembang dengan baik di daerah dataran tinggi Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal bagian selatan.
Keunggulan Sapi Jabres :
1. dapat berfungsi sebagai ternak kerja dan resisten terhadap serangga;
2. tahan terhadap kondisi lingkungan dan pakan yang terbatas ;
3. Kualitas kulit bagus dan struktur dagingnya padat ;
4. Persentase karkas berkisar antara 45 - 50 %.

KAMBING PE KALIGESING

Kambing ini berada di Pusat Pembibitan Kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing ettawa dengan kambing kacang.
Keunggulan Kambing PE Kaligesing :
1. Merupakan type dwiguna sebagai penghasil daging dan susu
2. Kualitas kulit bagus
3. Mempunyai sifat prolifik
4. Aktifitas produksinya tidak dipengaruhi oleh musim.

KAMBING KEJOBONG (KAMBING HITAM KEJOBONG)

Kambing Kejobong diduga hasil persilangan antara kambing dari India (Ettawa/Banggala) dengan Kambing Kacang, kemudian diseleksi oleh para petani turun temurun, akhirnya terjadi keseragaman warna bulu yaitu hitam, oleh karena itu sering disebut dengan "Kambing Hitam Kejobong".
Keunggulan Kambing Kejobong :
1. Warna spesifik yang seragam yaitu hitam, sehingga sering disebut Kambing Hitam Kejobong.
2. Mempunyai potensi jarak beranak (calving interval) yang pendek.
3. Mempunyai sifat beranak kembar dalam satu kelahiran (prolifik).

DOMBA WONOSOBO TEXEL (DOMBOS TEXEL)

Diduga merupakan persilangan antara Domba Longwoll & Domba Lincoln dengan domba lokal Belanda. Domba ini masuk ke Indonesia sejak tahun 1955. Perkembangan di Jawa Tengah ada di dataran tinggi Kab. Wonosobo yaitu di Desa Kwadungan Kec. Kalijajar.
Keunggulan Domba Texel :
1.    Profilik dan mempunyai penghasil daging yang handal, karena pertumbuhan cepat.
2.    Kulit mempunyai kualitas yang sangat baik yaitu tipis, lentur, lembut, dan bulunya halus dan penghasil bulu/woll
3.    Mempunyai ciri spesifik, dapat dikembangkan sebagai aset wisata.

DOMBA BATUR

Domba Batur adalah domba berbulu tebal merupakan hasil persilangan antara domba jantan yang berasal dari peternakan Tapos, Jawa Barat (diduga hasil persilangan Texel x Suffolk dengan domba lokal Dieng)
Domba ini dikembangkan di Desa Batur, Kab. Banjarnegara, Jateng.

AYAM KEDU

Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal unggul yang berasal dari Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Temanggung.
Pusat Pengembangan Ayam Kedu adalah Kab. Temanggung namun ayam ini sudah berkembang ke Kabupaten lain antaranya Kab./Kota Magelang, Grobogan, Surakarta, Kudus, Salatiga, Semarang bahkan sampai keluar Provinsi Jawa Tengah yaitu DIY, Jatim, Jabar, DKI, Lampung, Semut, Sumsel, Kaltim dan Privinsi Kalsel.
Keunggulan Ayam Kedu :
1.    Mempunyai produktifitas yang tinggi dibandingkan dengan ayam lokal lainnya.
2.    Khusus pada ayam kedu hitam (cemani) sering digunakan untuk keperluan adat istiadat / ritual.

ITIK TEGAL

Populasi Itik Tegal terkonsentrasi dikawasan utara pulau Jawa terutama di Kab./Kota Batang, Pemalang, Tegal, Brebes.
Itik Tegal termasuk bangsa Itik Indian Runner yang mempunyai produksi telur tinggi. Itik ini mempunyai hubungan kekerabatan dengan Khaki Campell, yaitu keturunan Itik Pedaging Rowen dan Indian Runner.
Keunngulan Itik Tegal :
1.    Produksi telur tinggi, dapat mencapai 253 butir per tahun, bahan baku telur asin yang paling populer
2.    Tahan terhadap penyakit
3.    Pengembangan daerah pantai didukung dengan ketersediaan pakan berupa ikan runcah.
4.    Itik jantan dan betina afkir dimanfaatkan sebagai sumber daging.


ITIK MAGELANG (KALUNG)

Itik Magelang merupakan unggas air unggulan Jawa Tengah selain Itik Tegal. Perbedaannya Itik Tegal habitatnya di dataran rendah, sedangkan Itik Magelang di dataran medium sampai tinggi (> 400 dpl).
Itik Magelang mempunyai tetua yang sama dengan Itik Tegal yaitu bangsa Itik Indian Runner. Ciri khas Itik Magelang adalah adanya warna putih melingkar seperti kalung pada lehernya, sehingga disebut "itik kalung"
Wilayah pengembangan selain di Kabupaten Magelang antara lain di Kabupaten Purworejo, Semarang, dan Kabupaten Temanggung.
Keunggulan Itik Magelang :
1.    Sebagai sumber produksi telur berkisar 48-70 %, dengan pemeliharaan intensif produksinya dapat mencapai 80%.
2.    Itik jantan dan betina afkirnya dimanfaatkan sebagai sumber daging, dikembangkan sebagai itik potong.

ITIK PENGGING

Selain Itik Tegal dan Itik Magelang, Itik Pengging juga merupakan Itik unggulan Jawa Tengah, penyebarannya Itik Pengging adalah Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Klaten dan Kab. Sragen.
Itik Pengging diduga merupakan hasil persilangan antara Itik Magelang dengan Itik Mojosari, serta warna bulu pada umumnya didominasi warna bulu Itik Mojosari.
Keunggulan Itik Pengging :
1.    Produksinya tinggi diantara Itik Tegal dan Itik Magelang
2.    Resisten terhadap lingkungan cukup tinggi.


0 komentar

PDH ISMAPETI Wilayah III

Asalamualaikum, teman-temen ini desain seragam ISMAPETI Wilayah III yang sudah jadi.


Keterangan :
1.   Kantongnya satu didepan masuk ke dalam
2.   Tulisan yg kecil di belakang jadinya salam cinta dari ujung kandang.
3.   Untuk ukuran. Cowok : S Panjang 66 Cm, Lingkar Badan 90 Cm. M Panjang 70 Cm, lingkar badan 100 Cm. XL Panjang 76 Cm Lingkar Badan 116 CM. XXL Panjang 80 Cm, Lingkar Badan 124 Cm. Cewe : M Panjang 68 Cm, lingkar badan 90 Cm, L Panjang 72 Cm, Lingkar badan 96 Cm, XL Panjang 74 Cm Lingkar Badan 104 Cm

* Untuk Pemesanan Hubungi Bayu Dboy (Unsoed) 08567945190
* Sms Dengan Format Nama, Ukuran dan Asal Institusi. Pemesanan dan DP Paling lambat Hari Jumat 2 November 2012

0 komentar

MENINGKATKAN NUTRISI PAKAN TERNAK DENGAN PEMBERIAN PERMEN

Tahukah anda, bahwa kembang gula atau permen yang sering dikonsumsi oleh anak-anak, ternyata disukai juga oleh ternak ? Tapi tentu saja permen anak dan permen ternak ada perbedaan fungsi dan kegunaanya. Permen ternak atau yang biasa disebut Urea Molases Multinutrient Block (UMMB) dimaksudkan untuk pakan pelengkap terutama untuk ternak ruminansia, seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan rusa.
Pemberian UMMB merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kekurangan kualitas pakan pada saat hijauan segar sebagai pakan pokok susah didapat, terutama di musim kemarau. Selain itu, UMMB merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kekurangan nutrisi ternak yang tidak mencukupi jika hanya mengandalkan pakan hijauan. Oleh karena itu, pembuatan pakan tambahan harus memperhatikan kualitas dari komposisi bahan yang digunakan agar pakan tambahan yang dihasilkan nantinya betul-betul dapat bermanfaat untuk meningkatkan produktifitas ternak.
Pakan basah dan konsentrat yang disimpan terlalu lama dan sudah basi  telah kehilangan atau kekurangan kandungan nutrisinya, sehingga dapat mengakibatkan intoksikasi disamping dapat menyebabkan timbulnya suatu  penyakit. Penggunaan UMMB dirasa oleh peternak sangat tepat, karena disamping mudah dalam pembuatan-nya, penyimpanannya pun bisa relatif lebih lama.
Cara pembuatan  (UMMB) dengan total komposisi 500 Gram dengan bahan-bahan sbb :
a.  Mollases/Tetes  Tebu
b.  Urea
c.  Bekatul
d.  Pollard
e.  Tepung daun
f.  Onggok
g.  Kulit Kopi
h. Tepung Kapur
i.  Garam
j.  Mineral Campur

Alat yang digunakan  :
     1. Timbangan, Plastik, Wadah tempat pencampuran
     2. Pencetak/ pipi paralon dan stik untuk memadatkan

Langkah kerja    :
1. Timbang bahan-bahan dengan komposisi sbb:
  a. Mollases/Tetes20%    =  100 Gr
  b. Urea 5%                    =    25 Gr
  c. Bekatul 20%              =  100 Gr
  d. Pollard 15%               =    75 Gr
  e. Tepung daun 8 %       =    40 Gr
  f. Onggok 20%              =  100 Gr
  g. Kulit Kopi 2 %           =   10 Gr
  h. Tepung Kapur 2%      =   10 Gr
  i. Garam 2%                   =   10 Gr
  j. Mineral Campur 3%    =   15 Gr
  k. Penambahan 30 %      = 150 Gr
Total Komposisi 100%     = 500 Gr

2. Semua bahan dicampur dan diaduk homogen
3. Bahan di panaskan selama ±10 menit dengan panas ± 100 ⁰C
4. Cetak dengan pencetak dan padatkan
5. Lakukan Pengemasan
6. Setelah mengeras, siap di berikan pada ternak.

Manfaat UMMB :
Bagi ternak ruminansia, pemberian UMMB dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya    
  (a) perbaikan kinerja reproduksi,  
  (b) memperbaiki nilai gizi ternak,    
  (c) mengurangi defisiensi unsur mikro baik mineral, vitamin, asam amino maupun protein by  pass,
  (d) meningkatkan efisiensi pencernaan pakan dalam lambung ternak ruminansia, dan
  (e) meningkatkan produksi.

Bagi peternak, pemberian UMMB dirasakan manfaatnya terutama dalam hal :
  (a) Perbaikan pendapatan peternak,
  (b) Menumbuhkan swadaya masyarakat dalam usaha peternakan (pengadaan pakan pokok dan
        suplemen),
  (c) Meningkatkan kemampuan inovasi peternak dalam mengembangkan peralatan pembuatan
       pakan suplemen, dan
 (d) Mendorong berkembangnya kegiatan usaha baru dalam memproduksi UMMB.

Perubahan Susunan Ransum  :
Perubahan susunan ransum harus dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu tertentu yakni antara empat sampai tujuh hari. Perlakuan ini bertujuan agar ternak secara fisiologis dapat menyesuaikan diri dengan sedikit perubahan tambahan pakan yang terjadi. Perubahan yang mendadak dapat menimbulkan stress pada ternak, kembung perut atau BLOAT yang bisa berakibat fatal pada ternak tersebut. Pemberian UMMB dilakukan sedikit demi sedikit sampai ternak betul-betul merasa menyukainya. Dampak positif dari pemberian makanan suplemen pada ternak ruminansia akan meningkatkan kesehatan bagi ternak dan tentu saja menambah penghasilan bagi pemiliknya. 

Sumber : BPTP Kalimantan Selatan
0 komentar

Download Materi Seminar Regional "Peran Ternak Lokal dalam Menunjang Swasembada daging 2014"

Bagi kawan-kawan yang ingin memiliki materi yang disampaikan oleh pembicara dalam acara Seminar Regional "Peran Ternak Lokal dalam Menunjang Swaiembada daging 2014" 20 Oktober 2012 di Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soederman dapat mengunggah softfilenya di bawah ini:

Download materi seminar
0 komentar

Peneliti dari University of Georgia Kembangkan Sistem Penerjemah Bahasa Hewan Ternak


Para peneliti dari Georgia Institute of Technology dan the University of Georgia mengembangkan sebuah sistem penerjamah yang mereka klaim bisa menterjemahkan bahasa hewan ternak, terutama ayam ternak.

Para peneliti tersebut meneliti setiap suara ayam dalam setiap situasi yang berbeda dan dimasukkannya ke dalam database untuk kemudian dianalisa. Hasil dari analisa tersebut nantinya akan disampaikan kepada para pemilik peternakan berupa saran atas apa saja yang “diinginkan” oleh ayam ternaknya.

Sistim penterjemah ini nantinya dihubungkan ke sebuah sistim lainnya sehingga sistim ini bisa berinteraksi dengan sistim utama. Jika sistem mendeteksi adanya “permintaan” dari ayam-ayam untuk menurunkan suhu, maka sistem akan secara otomatis menyalakan mesin pendingin.

Tujuan utama dari diadakannya sistem penerjemah bahasa binatang ternak ini tentu saja agar ayam-ayam jadi lebih sehat dan pertumbuhannya jadi lebih cepat.

sumber: Berita Teknologi

0 komentar

Audiensi dengan BPTU Baturaden

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah atau disingkat( BBPTU SP u pusat ) Baturraden merupakan  satu-satunya Balai milik Indonesia yang berfokus pada pembibitan sapi perah. BBPTU berdiri sejak tahun 1963 yang diresmikan oleh wapres Muhammad Hatta. Sebagai satu-satunya tempat pembibitan sapi perah di indonesia, tentunya BBPTU memiliki tugas yang sangat berat dimana harus menyediakan ternak unggul setiap tahunnya agar kebutuhan rakyat indonesia akan susu dapat terpenuhi, akan tetapi kondisi sekarang ini indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, hal ini terbukti 70% kebutuhan susu nasional adalah berasal dari import. Hal ini sanagatlah mengkhawatirkan mengingat konsumsi nasional semakin meningkat seiring dengan membaiknya tingkat perekonomian nasional serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi. Hal inilah membuat Ismapeti Wilayah III bersilaturrokhim dan berdiskusi mengenai kondisi pembibitan sapi perah.

Diskusi dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 27 april 2012 di ruang rapat utama BBPTU. Peserta diskusi diantaranya dihadiri oleh Pengurus Wilayah Ismapeti, Undip, Unsoed dan UNS, sementara perwakilan dari BBPTU diwakili oleh Ir. Basuki (Ka Sie. Pelayanan Harian), Drh. Siwi (Ka. Sie. Pelayanan Teknis) dan Heri Supriyadi (Ka Sie Informasi), sedangkan Kepala BBPTU SP Ir. Ali rahman sedang tidak ada di tempat karena sedang melaksanakan tugas di Belanda.

Ir. Basuki dalam pemaparanya menjelaskan mengenai sejarah berdirinya BBPTU dan populasi ternak sapi perah di BBPTU SP. Populasi BBPTU SP saat ini berjumlah689 ekor terdiri dari 333 ekor sapi betina dewasa, 229 ekor pedet dan 127 ekor pejantan, hal ini sangat jauh memenuhi kebutuhan populasi ternak nasional sebesar 597.000 ekor. Oleh karena itu untuk memenuhi jumlah populasi tersebut BBPTU terpaksa mengimport sapi dari Australia dan Selandia Baru mengingat peningkatan jumlah populsi membutuhkan waktu yang sangat lama meskipun menggunakan teknologi reproduksi. BBPTU dalam waktu dekat juga akan mengimport kembali ternak sapi perah dari selandia baru sebanyak 150 ekor untuk menambah jumlah bibit yang ada.

Dengan keterbatasan anggaran yang berasal dari pusat,  BBPTU sebagai penyedia bibit sapi perah juga berupaya untuk meminimalisir import diantaranya dengan menerapkan berbagai teknologi reproduksi diantaranya transfer embrio, IB, Sperm spinning, dsb. Dalam penyaluran ternak BBPTU mendirikan VBC sapi perah dimana kegiatan VBC ini melibatkan peternak yang secara terus menerus di pantau perkembanganya oleh BBPTU SP. VBC sapi perah yang dimiliki BBPTU SP sekitar 25 VBC yang terletak di empat provinsi dan 5 kabupaten, VBC ini akan terus meningkat demi meningkatnya populasi ternak sapi perah. “Pada saat ini BBPTU terfokus pada peningkatan populasi perah demi tercapainya swasembada susu pada tahun 2019″, ujar Drh. Siwi.

Dalam diskusi ini Ismapeti wilayah III menyampaikan gagasan pemikiranya yang dibacakan oleh Kordinator wilayah III, Teguh Ari Wibowo, rekomendasi tersebut diantaranya:
1. Melakukan kerjasama dengan UPTD yang ada di Kabupaten dalam hal penyebaran bibit sehingga BBPTU fokus terhadap peningkatan mutu dan kuantitas bibit sapi perah.
2. Melakukan kerjasama yang lebih menguntungkan pemerintah dan peternak dengan pihak swasta dalam program bibit sapi perah unggul serta memberikan penekanan kepada perusahan PMA agar  memberikan informasi mengenai pengembangan ternak unggul sapi perah.
4. Tidak mengimport ternak yang berasal dari satu negara dan bibit yang didatangkan harus lebih sesuai dengan kondisi negara kita.
5. Menjalin kerjasama secara terus menerus dengan lembaga pemerintah maupun swasta dalam hal memanajemen pembentukan kelompok ternak sapi perah sehingga pola fikir peternak dapat berubah yang  semula peternakan merupakan hasil sampingan pendapatan ekonomi menjadi hasil utama dari pendapatan ekonomi.
6. Melakukan kerjasama dengan Koperasi susu dalam penetapan harga susu di Indonesia
0 komentar

Open Recruitment Badan Pekerja ISMAPETI Wilayah III 2012


   Dalam rangka akan diselenggarakanya Musyawarah Wilayah Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia  (MUSWIL ISMAPETI) Majelis Pekerja (MP) ISMAPETI WILAYAH III akan membentuk Badan Pekerja (BP) MUSWIL. BP MUSWIL terdiri dari 5 orang yang merupakan perwakilan dari masing-masing Institusi anggota ISMAPETI wilayah III.

BP MUSWIL bertanggung jawab untuk :
  1. Menyusun draft agenda acara Musyawarah Wilayah, menyusun AD/ART dan GBBK ISMAPETI Wilayah III, dan merumuskan rekomendasi kepengurusan yang akan datang.
  2. Memberikan penjelasan tentang materi MUSWIL pada waktu siding MUSWIL.

Persyaratan calon Badan Pengurus ISMAPETI Wilayah III:

1.   Mahasiswa aktif dari Fakultas/Jurusan Peternakan institusi anggota ISMAPETI
      wilayah III  yang diutus  oleh Presiden BEM atau Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan.
2.   Berdedikasi tinggi terhadap peternakan Indonesia
3.   Berkomitmen dan bertanggungjawab terhadap amanah seorang Badan Pekerja
4.   Mampu bekerjasama dalam tim
5.   Bersedia berkontribusi penuh dengan dasar penuh keikhlasan
6.   Maksimal angkatan 2010
7.   Mengisi dan mengirimkan formulir pendaftaran ke E-mail : ismapetiwilayah3@gmail.com
8.   Mengirimkan surat pernyataan kesanggupan melaksanakan tugas menjadi BP.


Jadwal proses seleksi Badan Pekerja ISMAPETI Wilayah III:
1   29 Oktober – 04 November    : Pendaftaran dan pengiriman berkas administrasi calon B
2.  05 November – 11 November : Proses seleksi administrative dan interview (via telephone)
3.  12 November                          : Pengumuman hasil seleksi

*Satu institusi anggota ISMAPETI Wilayah III maksimal mengirimkan 2 (dua) pendaftar.
*Pengumuman akan dilakukan melalui Blog ISMAPETI Wilayah III

Formulir Pendaftaran download di bawah ini

Informasi lebih lanjut hubingi:
Dini          : 081390135750
Shodiq     : 087836002754


0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ISMAPETI WILAYAH III - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
ttp://kompiajaib.blogspot.com/ -->