Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah atau disingkat( BBPTU SP u pusat ) Baturraden merupakan satu-satunya Balai milik Indonesia yang berfokus pada pembibitan sapi perah. BBPTU berdiri sejak tahun 1963 yang diresmikan oleh wapres Muhammad Hatta. Sebagai satu-satunya tempat pembibitan sapi perah di indonesia, tentunya BBPTU memiliki tugas yang sangat berat dimana harus menyediakan ternak unggul setiap tahunnya agar kebutuhan rakyat indonesia akan susu dapat terpenuhi, akan tetapi kondisi sekarang ini indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, hal ini terbukti 70% kebutuhan susu nasional adalah berasal dari import. Hal ini sanagatlah mengkhawatirkan mengingat konsumsi nasional semakin meningkat seiring dengan membaiknya tingkat perekonomian nasional serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi. Hal inilah membuat Ismapeti Wilayah III bersilaturrokhim dan berdiskusi mengenai kondisi pembibitan sapi perah.
Diskusi dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 27 april 2012 di ruang rapat utama BBPTU. Peserta diskusi diantaranya dihadiri oleh Pengurus Wilayah Ismapeti, Undip, Unsoed dan UNS, sementara perwakilan dari BBPTU diwakili oleh Ir. Basuki (Ka Sie. Pelayanan Harian), Drh. Siwi (Ka. Sie. Pelayanan Teknis) dan Heri Supriyadi (Ka Sie Informasi), sedangkan Kepala BBPTU SP Ir. Ali rahman sedang tidak ada di tempat karena sedang melaksanakan tugas di Belanda.
Ir. Basuki dalam pemaparanya menjelaskan mengenai sejarah berdirinya BBPTU dan populasi ternak sapi perah di BBPTU SP. Populasi BBPTU SP saat ini berjumlah689 ekor terdiri dari 333 ekor sapi betina dewasa, 229 ekor pedet dan 127 ekor pejantan, hal ini sangat jauh memenuhi kebutuhan populasi ternak nasional sebesar 597.000 ekor. Oleh karena itu untuk memenuhi jumlah populasi tersebut BBPTU terpaksa mengimport sapi dari Australia dan Selandia Baru mengingat peningkatan jumlah populsi membutuhkan waktu yang sangat lama meskipun menggunakan teknologi reproduksi. BBPTU dalam waktu dekat juga akan mengimport kembali ternak sapi perah dari selandia baru sebanyak 150 ekor untuk menambah jumlah bibit yang ada.
Dengan keterbatasan anggaran yang berasal dari pusat, BBPTU sebagai penyedia bibit sapi perah juga berupaya untuk meminimalisir import diantaranya dengan menerapkan berbagai teknologi reproduksi diantaranya transfer embrio, IB, Sperm spinning, dsb. Dalam penyaluran ternak BBPTU mendirikan VBC sapi perah dimana kegiatan VBC ini melibatkan peternak yang secara terus menerus di pantau perkembanganya oleh BBPTU SP. VBC sapi perah yang dimiliki BBPTU SP sekitar 25 VBC yang terletak di empat provinsi dan 5 kabupaten, VBC ini akan terus meningkat demi meningkatnya populasi ternak sapi perah. “Pada saat ini BBPTU terfokus pada peningkatan populasi perah demi tercapainya swasembada susu pada tahun 2019″, ujar Drh. Siwi.
Dalam diskusi ini Ismapeti wilayah III menyampaikan gagasan pemikiranya yang dibacakan oleh Kordinator wilayah III, Teguh Ari Wibowo, rekomendasi tersebut diantaranya:
1. Melakukan kerjasama dengan UPTD yang ada di Kabupaten dalam hal penyebaran bibit sehingga BBPTU fokus terhadap peningkatan mutu dan kuantitas bibit sapi perah.2. Melakukan kerjasama yang lebih menguntungkan pemerintah dan peternak dengan pihak swasta dalam program bibit sapi perah unggul serta memberikan penekanan kepada perusahan PMA agar memberikan informasi mengenai pengembangan ternak unggul sapi perah.
4. Tidak mengimport ternak yang berasal dari satu negara dan bibit yang didatangkan harus lebih sesuai dengan kondisi negara kita.
5. Menjalin kerjasama secara terus menerus dengan lembaga pemerintah maupun swasta dalam hal memanajemen pembentukan kelompok ternak sapi perah sehingga pola fikir peternak dapat berubah yang semula peternakan merupakan hasil sampingan pendapatan ekonomi menjadi hasil utama dari pendapatan ekonomi.
6. Melakukan kerjasama dengan Koperasi susu dalam penetapan harga susu di Indonesia
Posting Komentar