Dengan memiliki rumah potong bebek, kelompok peternak bebek dapatkan untung lebih besar, usaha jadi lebih efisien, waktu pemotongan lebih cepat, dan karkas lebih higienis
Tak puas hanya menetaskan telur dan budidaya pembesaran bebek (jenis kampung), Kelompok Tani Ternak Itik Bahana Putra Mandiri sejak 2007 merambah usaha rumah potong bebek (RPB). Bisnis hilir ini menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Dindin Haerudin ketua kelompok tersebut memberi perbandingan, kalau bebek hidup hanya dihargai Rp 21.000 tiap kg hidupnya, maka penjualan dalam wujud karkas jauh lebih menarik. ”Berkisar Rp 25.000 – Rp 45.000 per karkas dengan bobot kisaran 0,8 – 1,2 kg tiap karkasnya,” sebut Dindin.
Di awal pendiriannya, RPB kelompok ini hanya memotong 20 ekor bebek dan tidak tiap hari memotong. Proses pemotongannya pun masih manual kala itu. Namun terhitung Maret 2010, RPB ini pindah ke lokasi baru di atas lahan seluas 645 m2 yang tercatat masuk Kampung Cinangsi, Kabupaten Tasikmalaya. Berada tak jauh dari pinggir jalan raya dan dilengkapi peralatan semi-otomatis, kini RPB beraset Rp 700 juta ini per hari mampu memotong sekitar 300 – 400 ekor bebek atau mencapai 12.000 ekor per bulan. Sedangkan kapasitas terpasangnya adalah sebesar 1.000 ekor per hari.
Dindin mengungkapkan, keputusan kelompoknya mendirikan RPB bukan sekadar coba-coba, tapi karena ada peluang cukup besar untuk memasok karkas bebek ke rumah-rumah makan di seputar Tasikmalaya. ”Jadi pendirian RPB kami rencanakan dengan matang. Kami yakin prospeknya bakal bagus,” ujarnya penuh nada optimis.
Alasan lain didirikannya RPB itu karena Dindin dan anggotanya ”bosan” terus-menerus ditekan bandar bebek. ”Dengan RPB, mata rantai tata niaga yang panjang dapat diputus. Sehingga harga jual dan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi. Apalagi saat ini rumah makan yang menyediakan menu olahan bebek semakin menjamur, permintaan terus meningkat,” ia bersemangat.
Dindin menilai, RPB memberikan banyak keuntungan bagi usaha kelompoknya. Ia menyebut, waktu pemotongan akan lebih cepat dan efisien. Selain itu karkas jadi lebih higienis karena pemotongnya telah disertifikasi dan mendapat surat izin memotong. ”Tak kalah pentingnya, keberadaan RPB di kelompok kami seolah menjadi subsidi bagi anggota sehingga pendapatan jadi lebih besar,” katanya.
Berbeda dengan kelompok yang dipimpin Dindin, Kelompok Tani Ternak Itik Igan Mekar di Desa Karanganyar, Kabupaten Cirebon, sebagaimana dikatakan ketua kelompoknya, Abdul Wahid, belum memiliki RPB. ”Dari segi kemampuan teknis kami sudah siap. Tinggal modalnya saja. Bila ada yang mau berinvestasi, kami siap jalan,” ujar Wahid.
Sejauh ini, kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Divisi Bebek di Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) ini, kelompoknya menjual bebek hidup. Namun bila ada permintaan dalam bentuk karkas, anggotanya yang berjumlah 30 orang akan memotong di rumahnya masing-masing secara tradisional.
Dengan permintaan dari Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Bandung sebanyak 500 – 700 ekor bebek hidup (1,3 kg per ekor, dengan harga lepas kandang Rp 30.000 per ekor) per minggu, Wahid menilai kelompoknya sudah waktunya memiliki RPB. Sebab Wahid mengamati bahwa tren permintaan bebek dalam bentuk karkas terus meningkat. ”Pasar sebenarnya sudah menuntut dalam bentuk karkas,” katanya. Bila menjual bentuk karkas, Wahid membandingkan, per ekor dengan berat 0,9 kg dihargai Rp 35.000, bahkan bisa lebih.
Investasi dan Prospek
Dindin punya kalkulasi, besaran investasi RPB untuk kapasitas potong 1.000 ekor per hari sekitar Rp 500 juta. ”Itu untuk RPB bila alat-alat yang menggunakan listrik hanya tempat pencelup berisi air panas dan freezer (alat pembeku), selebihnya manual,” katanya.
Sementara Wahid yang pernah meninjau RPB milik rekannya di Surabaya mengatakan, investasi RPB mulai dari awal pembangunan hingga beroperasi, dengan kapasitas potong per hari sebanyak 1.000 ekor, mesin serba otomatis, dan tenaga kerja 12 orang membutuhkan sekitar Rp 2,5 miliar. ”Itu belum termasuk lahan,” tambahnya.
Dengan melihat tren permintaan daging bebek yang terus meningkat dan harga jual yang cenderung stabil, Wahid yakin angka investasi yang ia sebutkan akan kembali dalam waktu sekitar 3 tahun.
Dindin yakin sepenuhnya, dengan memiliki RPB usaha bebeknya akan semakin efisien dan menjanjikan. Syaratnya, sambung dia, RPB dikelola dengan manajemen yang baik dan solid, serta menjaga hubungan baik dan saling percaya dengan pembeli. ”Yang juga penting, suplai bebek hidup untuk dipotong harus kontinu,” tandasnya.
Sumber : Majalah Trobos, 01 Oktober 2012 (Klik disini)
itu RPB deket rumah q, setengah jam dari rumah bisa nyampe,,hehe
BalasHapusdl sempet wawancara juga ma ketua kelompoknya, usaha emang penuh resiko, yang penting resiko itu dijadikan kekuatan usahanya, pesan yang punya RPB,,heheh
Mas Heru.... iya too,,, kondisi usahanya gimana Mas??
HapusDaerah mana itu ya? Saya mau potong bebek hingga bersih bulu 99% bisa gak? Kena brp?
BalasHapusDaerah mana itu ya? Saya mau potong bebek hingga bersih bulu 99% bisa gak? Kena brp?
BalasHapusSaya butuh bulu bebek basah/kering tlp/wa 089660888839
BalasHapusAndri
Saya butuh bulu bebek basah/kering tlp/wa 089660888839
BalasHapusAndri
saya salah 1 pengawas produksi bebek Packing
BalasHapussaya memahami proses produksi bebek packing ini
jika ada saudara saudari yang mau memakai saya untuk produksi bebek packing info ke saya ya 081262290009
terimakasih
telp : 082113896471
HapusWA : 081262290009
sy juga butuh bulu bebek basah atau kering, coutinew,,
BalasHapussy juga butuh bulu bebek basah atau kering, coutinew,,
BalasHapuscontak sy 089659787652
BalasHapuscontak sy 089659787652
BalasHapussaya mau memulai berternak bebek hanya saja masi kebingunan dan masi gelap untuk pasarnya
BalasHapus